Kerusakan pesisir pantai utara Jawa Tengah semakin parah. Selain hutan mangrove yang hilang, juga hancurnya ekosistem seperti terumbu karang. Dari panjang pantai utara yang mencapai 441 kilometer, setidaknya 67% pantai mengalami kerusakan, baik akibat ulah manusia maupun alam.
Data dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah, sekitar 60.000 hektare luas pantai utara Jawa Tengah saat ini hanya sekitar 10.000 hektare yang memiliki hutan mangrove. Kerusakan hutan bakau paling luas terjadi di Kabupaten Pati yang mencapai 17.000 hektare dan Kabupaten Demak mencapai 8.600 hektare.
Dengan pertimbangan itulah, Pecinta Alam Remaja SMAN 1 Pati (Paresmapa) dan alumni Paresmapamengadakan kegiatan “SUSUR PANTAI PARESMAPA 2013”. Kegiatan itu diikuti sekitar 50 peserta dari anggota Paresmapa. Kegiatan yang merupakan agenda dua tahunan Paresmapa ini bertujuan untuk menentukan “Validasi Titik Pesisir Utara Semenanjung Muria” yang sudah tergerus abrasi.
Kegiatan susur pantai sendiri dilaksanakan di Pesisir Utara Semenanjung Muria, di Kecamatan Dukuh Seti. Susur pantai Paresmapa bahkan melewati 3 desa, dengan start dari dukuh Sumurtowo Desa Kembang, Desa Tegalombo dan terakhir Desa Puncel.
“Susur pantai juga bertujuan mengenalkan lingkungan pesisir kepada anggota dan penanaman mangrove. Dukuh Seti sudah lumayan parah, sekitar 145 mangrove jenis Rhizophora Mucronata ditanam. Kedepan diharapkan bisa menahan laju abrasi” ujar Jojo, Koordinator alumni Presmapa.
Setelah menanam mangrove, peserta diajari cara melakukan Tagging lokasi dengan bantuan teknik GPS (menggunakan GPS aplikasi Handphone) sebagai salah satu cara untuk monitoring perkembangan pohon mangrove. Koordinat yang didapat saat tagging dikonversikan secara digital kedalam Program GoogleEarth.
“Lokasi penanaman pohon mangrove akan dapat selalu diakses via image satelit yang merupakan monitoring digital. Selanjutnya dalam 1 tahun akan dilakukan monitoring lapangan 3 kali dengan langsung mengamati kondisi pohon mangrove dilokasi penanaman” tandas Jojo.