SURGA YANG TERSEMBUNYI DI GARDA TERDEPAN NKRI #LIBURANHIJAU

IMG-20130720-04109Liburan merupakan salah satu hal yang paling menyenangkan dalam hidup kita, apa lagi bagi mahasiswa yang mempunyai rutinitas, tanggung jawab yang besar dan harus diselesaikan di kampus. Yaa itulah saya, mahasiswa yang baru saja terbebas dari semester 6 yang begitu menyibukkan. Mendengar kata libur membuat saya berfikir dan berangan-angan untuk menjelajahi Indonesia, waktu 2 bulan bukanlah masa libur yang singkat dan perlu perencanaan yang matang untuk menghabisakan masa libur tersebut dengan sesuatu yang bermaanfaat bukan hanya bagi saya pribadi tetapi juga orang lain yang ada di sekitar . Akan tetapi program Kuliah Kerja Nyata (KKN) kemudian membuat saya mengurungkan niat untuk menjelajahi Indonesia.

Pengabdian kepada masyarakat adalah tujuan utama, bagi saya itu tak kalah penting di bandingkan dengan jalan-jalan menjelajahi Indonesia. Secara tidak sengaja saya mendapat kabar bahwa di kampus saya yang biasa di kenal UNHAS (Universitas Hasanuddin) di buka pendaftaran seleksi KKN Tematik di Pulau Sebatik atau pulau terluar Indonesia yang berbatasan langsung dengan Negeri Jiran Malaysia, karna menurut saya ini adalah kesempatan emas untuk mewujudkan niat saya mengabdikan diri kepada masyarakat sekaligus, jalan-jalan melihat panorama alam yang di miliki oleh Garda Terdepan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Doa, kerja keras dan tekat yang kuat membuat saya terpilih sebagai salah satu dari 50 mahasiswa yang lolos KKN Tematik UNHAS di Pulau Sebatik selama satu Bulan.

Singkat cerita waktu keberangkatan sudah tiba, perjalanan panjang yang di tempuh selama 2 hari 3 malam di atas kapal membuat saya tertarik dan tertantang dengan perjuangan menuju ke Pulau tujuan kami, setiba di pelabuhan Nunukan kami di sambut oleh Bupati Nunukan dan keesokan harinya langsung kelokasi tujuan KKN dengan menggunakan perahu penyebrangan, jarak antara kota Nunukan dengan Pulau Sebatik tidak terlalu jauh dan hanya membutuhkan waktu 15 menit, setiba disana kami di sebar ke lima Kecamatan yaitu Kecamatan Sebatik , Sebatik Barat, Sebatik Timut, Sebatik Tengah dan Sebatik Utara. Sepuluh mahasiswa di tempatkan dalam satu kecamatan. Saya mendapat Kecamatan Sebatik yang membutuhkan waktu 2 jam perjalanan dari pelabuhan untuk sampai ke rumah atau Posko.

Sebelum kami merancang program kerja yang ingin dilaksanakan disana maka harus observasi terlebih dahulu, supaya program kerja yang kami laksanakan betul-betul mengena kepada masalah yang dialami oleh masyarakat setempat. Ditugaskan di empat Desa dengan jarak tempuh mencapai 30 Km dari desa tempat kami KKN bukanlah hal yang mudah apalagi dengan menggnakan satu kendaraan bermotor untuk sepuluh mahasiswa. Ditengah perjalanan saya terlihat hemparan alam yang luas yang dimulai dari sawah, kebun sawit, kebun coklat sampai kepada pemandangan objek wisata pantai yang terdapat di Desa Tantung Karang yang jaraknya tidak jauh dari tempat saya tinggal.

Setelah membutuhkan waktu selama dua hari akhirnya kami dapat menyimpulkan program kerja yang kami akan laksanakan, karna saya tertarik dan sudah beberapa kali ikut pelatihan dan kegiatan di bidang lingkungan, saya berfikir bahwa inilah saatnya saya mengimplementasikan Ilmu yang saya miliki, akhirnya saya terfokus untuk memberikan solusi dari permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat dibidang lingkungan, satuhal yang menjadi permasalahan terbesar masyarakat disana adalah kebersihan, saya kurang memahami penilaian mereka tentang kebersihan dan pengolahan sampah rumah tangga yang di biarkan berseakan dalam satu wadah yang tidak tertutup dan menimbulkan bau kemana-mana akibat pembuangan sampah yang tidak steril, setelah itu di bakar yang berpotensi mencemari lingkungan. Rendahnya tingkat pendidikan di daerah tempat saya KKN membuat mereka terbiasa dengan hal tersebut dan tidak memiliki solusi terkait pencemaran lingkungan yang terjadi.

Hal serupapun terjadi diobjek wisata Pantai Kayu Angin, tempat yang seharusnya menjadi icon di daerah tersebut tapi karna infrastruktur yang di harapkan untuk menjadi objek wisata yang di inginkan masyarakat masih sangat jauh. limbah dari biota laut, plastic pembungkus makanan bahkan batang pohon yang terbawa arus dari pulau seberang membuat pantai tersebut seakan tidak terurus, apa lagi tidak ada satupun tempat sampah yang menampung sampah-sampah tersebut. Pantai Kayu Angin jika di nilai secara alamiah merupakan masa depan untuk peningkatan pendapatan masyarakat Kecamatan Sebatik dan Pulau Sebatik pada umumnya. Hati saya berbisik dan berusaha mencari solusi terkait masalah tersebut dan salah satu caranya saya untuk memberikan solusi terhadap masalah tersebut adalah mendirikan komunitas atau kelompok belajar yang saya beri nama PELITA (Pejuang Lingkungan Tanah Air) yang terfokus terhadap kebersihan lingkungan dan perbaikan imfrastruktur pantai, meskipun yang tergabung dalam komunitas tersebut masih anak-anak, saya percaya dengan antusias 54 anak mudah yang peduli terhadap lingkungan itu suatu saat bisa merubah nasib daerah yang di tempati kearah yang lebih baik dari sekarang.

Meskipun keberadaan saya di sana adalah sebagai mahasiswa yang mengerjakan studi Kuliah Kerja Nyata tetapi saya pribadi menganggap bahwa itu adalah liburan yang saya inginkan di mana saya bisa bersenang-senang dan mengimplementasikan semua ilmu dan pengetahuan yang saya miliki, apalagi dengan harapan yang besar untuk mengembangkan dan menarik minat masyarakat melihat Pantai Kayu Angin yang secara alamiah adalah aset yang sangat berharga. Hari demi hari terlewati, tibalah saatnya saya melaksanakan kegiatan pembersihan pantai untuk kedua kalinya, kali ini kegiatannya berbeda dari pada kegiatan sebelumnya. Anak-anak yang tergabung dalam komunitas PELITA di tuguskan untuk mengumpulkan limbah dari biota laut yang terhempas di pinggir pantai, setelah itu melatih mereka untuk membuat kerajinan sederhana namun mempunyai nilai seni yang tinggi. Antusias dari anak-anak yang ikut dari kegiatan tersebut membuat saya selalu bersemangat dalam melaksanakan setiap kegiatan, dan terbukti kreatifitas anak-anak PELITA menghasilkan berbagai macam bentuk mainan lucu bernilai seni, terbuat dari limbah biota laut yang biasanya terbuang percuma, saya percaya ini adalah awal dari munculnya kreatifitas dan kesadaran mereka terhadap pemanfaatan sesuatu yang dulunya tidak berguna menjadi bermanfaat dan berpotensi meningingkatkan taraf hidup dari masyarakat pesisir di Kecamtan Sebatik.

Tepat tanggal 19 Juli 2013, program kerja dari Kecamatan sayapun telah berakhir dan kami di beri kesempatan tiga hari untuk liburan sebelum kembali keMakassar tempat kami kuliah dan tanpa di bebani tugas Kuliah Kerja Nyata, kamipun berangkat dari tempat kami tinggal ke Patok III perbatasan antara Malaysia dengan Indonesia, disana terdapat rumah yang berada di 2 negara, dapurnya berada di Negara Indonesia dan ruang tamunya berada di Negara Malaysia, sungguh menakjubkan jika kita lihat rumah tersebut. Sebelum kembali ke tempat tinggal kami saya dan teman-teman menyempatkan diri untuk mengunjungi tuguh perbatasan yang di bangun oleh wakil bupati Nunukan pada tanggal 11 Agustus 2012, yang bertuliskan “NKRI HARGA MATI” tuguh tersebut terletak diatas puncak dan itu merupakan bukti nasiaonalisme masyarakat perbatasan di pulau terluar Indonesia tidak perna luntur dan selalu mengibarkan Sang Saka Merah Putih sebagai tanda bahwa mereka adalah orang yang berkebangsaan Indonesia.

Hari pertama liburan telah di habiskan di Patok III dan Tuguh Perbatasan, giliran hari kedua dan ketiga yang mempunyai kesan yang paling menakjubkan selama saya liburan, ternyata di Kecamatan Sebatik tempat saya tinggal terdapat dua pantai yang bedekatan dan keduanya sama-sama mempumpunya panorama alam yang menakjubkan, kurang lebih 1 Km dari Pantai Kayu Angin terdapat pulau kecil yang membuktikan adanya kuasa Tuhan, sungguh menakjubkan secara sepintas pulau tersebut adalah pulau biasa peperti pulau-pulau lainnya tetapi jika di perhatikan pulau tersebut menyerupai kepala buaya sehingga pulau tersebut di kenal dengan nama Pulau Buaya, namun lagi-lagi karna kurangnya perhatian dari pemerintah dan masyarakat setempat membuat pulau tersebut tak berpenghuni dan hanya di hiasi dengan kebun sawit di sekeliling pulau kecil, yang menandakan keajaiban dunia tersebut, di pulau yang sama terdapat minyak bumi yang mengalir begitu saja bercampur dengan air laut tanpa mengalami pengolahan, alangkah kayanya alam Indonesia namun tidak ada yang sanggup memanfaatkan kekayaan tersebut.

Tidak hanya itu di sebelah pulau tersebut terdapat hamparan pantai yang luas bila air pasang yang disebut Batu Lumapu. Lokasi ini berseberangan dengan Pulau Nunukan. Pantai tersebut merupakan objek wisata favorit warga Nunukan. Menurut informasi dari warga setempat di sana terdapat batu kramat yang kerap kali menjadi tempat persinggahan wisatawan. Menurut salah seorang warga, setinggi apapun air laut, batu tersebut tidak perna tenggelam dan akan selalu muncul diatas laut layaknya gabus yang terapung di atas air. Karna itu objek wisata tersebut di namakan “Batu Lamampu”, selain itu diatas tumpukan batu karang tersebut terdapat pohon beringin. Warga mempercayai dengan mengikatkan seutas tali diatas pohon dengan menyebutkan nama orang yang diinginkan menjadi pendamping hidup biasanya niat tersebut akan terkabulkan.

Itu bukanlah tujuan utama berwisata di Pantai Batu Lamampu melainkan kebersihan pantai, pemandangan yang indah yang di pinggir pantai dihiasi dengan pohon kelapa yang menjulang tinggi, pantai yang panjang, pasir dan ombak yang cocok untuk berwisata, bahakan yang biasa di lakukan oleh wisatawan domestik yang berkunjung disana adalah bermain di tepi pantai yang luas, berbagai macam aktivitas masyarakat terlihat disana seperti bermain bola, bermain volli pantai, bakar ikan di pinggir pantai dan yang paling menyenangkan minum air kelapa yang di saksikan secara langsung di ambil dari pohonnya, dan berbagai aktifitas lainnya. Menjelang matahari terbenam, biasanya pada saat yang bersamaan air laut telah surut, para pemuda mempunyai rutinitas lain dari pada yang lain yaitu aduh motor atau balapan liar di pinggir pantai, itu merupakan peristiwa yang sangat jarang di jumpai di pantai manapun, bahkan wisatawan rela menunggu hiburan tersebut sampai matahari terbenam sambil melihat pemandangan di sekitar pantai meskipun jarak antara pantai dan hotel tempat wisatawan tinggal mencapai puluhan KM.

Bagi saya itu merupakan SURGA yang di berikan oleh Allah SWT untuk di jaga dan di lestarikan, untuk itu tak ada salahnya kita mencoba meluangkan waktu melihat keajaiban alam yang di miliki pulau terluar Indonesia. Mari bersama memperhatikan saudara kita di garda terdepan Negara Repoblik Indonesia. NKRI HARGA MATI ….. !!!

Daftar Pustaka

Anonim, 2012 http://www.wisatakaltim.com/tempat-wisata/pantai-batu-lamampu-nunukan-tempat-mendatangkan-jodoh/ (Diakses Pada Tanggal 25 Juli 2013).

Anonim, 2013 http://www.pariwisatakaltim.com/objek-wisata/nunukan/ (Diakses Pada Tanggal 25 Juli 2013).

 

 

Artikel yang diterbitkan oleh