Umumnya sekolah adalah tempat dimana anak-anak bisa menimba ilmu sebanyak-banyaknya. Mereka bersekolah dari pagi hingga sore dan bersosialisasi dengan beberapa siswa.
Masalahnya siswa sekarang lebih cenderung menghabiskan waktu disekolah ketimbang di rumah. Dimana dia harus tinggal di tempat yang luas dengan berbagai ruang yang cenderung tidak ada udara segar dan cahaya hijau.
Setiap harinya hampir 60 persen waktu dihabiskan di tempat seperti itu. Dan lebih parahnya, sekolah juga adalah tempat penimbun sampah yang cukup besar karena setiap siswa biasanya membuang lebih dari dua bungkus plastik makanan atau botol minuman. Dan sudah bisa dicerna dalam sekali kejapan mata, berapa sampah yang ada setiap harinya.
Beberapa inovasi pun perlu dan harus dilakukan oleh pihak sekolah untuk memupukkan lingkungan hijau dan gaya hidup sehat generasi masa kini selain belajar tentang materi formal di sekolah.
Sekolah pun sudah mulai membangun lingkungan hijau untuk kenyamanan dan kesadaran siswa akan perlunya karbondioksida. Beberapa diantaranya sudah mulai menanam tanaman hijau disekitar lingkungan sekolah, melakukan berbagai upaya tanam seribu pohon dan cinta lingkungan sudah mulai dilaksanakan oleh berbagai pihak sekolah. Namun, kendalanya tidak semua siswa menyambut dengan baik upaya-upaya itu. Beberapa siswa yang memandang sebelah mata dan melakukan kegiatan itu berdasarkan paksaan bukan kehendak sendiri.
Bagaimana cara membangun sekolah hijau dengan kesadaran penuh dari siswanya itu telah diterapkan oleh sebuah sekolah SMA negeri di Jawa Timur.
Tutuplah mata sejenak dan bayangkan kalian melihat pohon yang berdiri kokoh di bawah teriknya matahari menyejukkan kalian, tumbuhan landai yang menari-nari tertiup angin menerpa rambut dan menyeruakkan harumnya bunga yang bermekaran.
Rentangkan tangan dan sentuh tanaman itu, entah tanaman liar yang dirawat entah rumput yang hijau berembun di pagi hari.
Buka telinga lebar-lebar dan dengarkan kicauan burung menyapa kalian, mengucapkan selamat pagi ketika datang, selamat makan ketika istirahat dan selamat jalan ketika pulang.
Itulah surga dunia, benar-benar ada rasa nyaman ketika kita mencintai dan tinggal di dalam lingkungan seperti itu. Dan itu bukanlah mimpi yang tidak bisa terwujud.
Di SMA Negeri 1 Krian tepatnya, sekolah yang sangat luas dengan pemandangan hijau dimana-mana yang benar-benar menyejukkan hati dan pikiran itu nyata. Memasuki gerbang saja sekolah itu sudah memiliki tanaman segar dan pohon-pohon yang rimbun. Tanaman-tanaman menjalar berjajar rapi di sekitar gerbang, terlihat benar-benar terawat dan segar, selain itu di tempat pemarkiran mobil itupun juga banyak pohon rindang dan sejuk. Paving sekolah itu tidak kering namun terlihat segar dan tidak panas di siang hari meskipun cuaca kemarau.
Masuk ke dalam lobi dan adalah jalan dimana siswa dapat memasuki taman. Taman berbentuk persegi dengan sebuah pohon beringin besar yang kokoh tepat di tengah. Disekitar pohon itu pun ada bangku melingkar yang digunakan untuk duduk disaat istirahat.
Tanaman-tanaman disana benar-benar terawat dan terjaga kehidupannya. Setiap pagi, tanaman dengan embun yang segar itu selalu mengeluarkan aroma tenang.Siswa-siswi yang berlalu-lalang pun berjalan dengan santai.
Tak hanya itu, di taman terbuka itu terdapan dua sangkar burung yang terbilang cukup besar. Setiap saat burung-burung itu akan bernyanyi dan menemani siswa belajar maupun bermain. Diantara sangkar-sangkat itu juga berdiri beberapa gazebo kecil dengan atap berbentuk jamur. Tepatnya sebuah tempat untuk duduk-duduk bersama teman di waktu siang sembari menikmati bekal makanan.
Burung-burung itu jumlahnya sekitar 14 ekor yang dibagi dalam dua sangkar. Burung itu sengaja didatangkan untuk menghibur siswa-siswa yang sibuk belajar. Selain itu juga, banyak burung liar yang hinggap di atas atap gazebo maupun di pohon.
Selain itu, diantara tanaman-tanaman kecil ada sebuah air mancur yang cukup luas berbentuk melingkar dengan lumba-lumba diatasnya. Air mancur itu menambah kesejukan dan ketengan sekolah karena didalam air mancur itu juga terdapat beberapa tanaman air dan ikan-ikan hias.
Agar siswa tidak menginjak rumput dan merusaknya, dibuat jalan kecil diantara pohon-pohon rindang. Jalanan itu dibuat bercabang yang diperuntukkan bagi siswa agar memudahkan mereka berjalan kemanapun mereka mau. Selain tempatnya yang hijau dan benar-benar rindang.
Setiap sepuluh meter pun tersedia tempat sampah. Tempat sampah itupun dibagi dalam dua kotak. Yakni sampah organik dan sampah bukan organik.
Sampah-sampah yang terkumpul akan di buang di tempat pembuangan yang berada di belakang sekolah. Dimana tempat pembuangan yang berbentuk memanjang itu akan membakar sampah yang bukan organik dan membiarkan yang organic sampai ia habis termakan usia.
Awalnya pembedaan sampah itu memang sedikit canggung dilakukan para siswa karena mereka tidak terbiasa dengan lingkungan disiplin dan hijau, namun beberapa lama mereka mulai membiasakan diri dan mematuhi aturan.
Pemikiran-pemikiran untuk membuat pupuk sendiri dari sampah organik yang sudah terurai itupun tak luput dari siswa dan pegawai sekolah. Karena banyaknya tanaman maka mereka juga bisa menghemat dan mendaur ulang apa yang berguna untuk kelangsungan anak cucu kedepannya.
Lebih menakjubkannya lagi, sekolah itu tidak hanya mengajarkan pelajaran akademik saja namun juga menanamkan kesadaran anak akan pentingnya lingkungan hijau dan pentingnya kebersihan untuk generasi masa depan. Setiap hari jum’at. Sekolah itu akan mengadakan kerja bakti dan biasanya disebut sebagai Jum’at bersih. Ini benar-benar sesuatu yang wajib kita teladani dan kita renungkan.
Setiap hari Jum’at siswa akan turun ke teman untuk membersihkan wilayah mereka. Setiap kelas memiliki sepetak taman untuk dibersihkan dan dipelihara. Mereka diberi hak untuk menanam tanaman apapun di taman wilayah mereka dan mereka berkewajiban membersihkannya.
Kata pepatah, kita yang menanam, kita yang memetik hasilnya. Ungkapan itu memang benar adanya, dalam wilayah taman yang mereka miliki, mereka bisa menikmati pemandangan hijau yang indah sesuai style remaja. Didalam taman itu ada sebuah pembatas bertuliskan kelas mereka masing-masing yang artinya taman itu adalah taman dari suatu kelas yang merawat.
Biasanya, taman itu selalu dibersihkan rutin setiap oleh siswa itu sendiri. Awalnya beberapa berfikiran itu adalah hal tidak penting yang membuang-buang waktu dan tenaga mereka. Beberapa siswa beranggapan sekolah adalah tempat untuk belajar saja, terutama untuk siswa menengah atas, mereka mementingkan pelajaran yang dimaterikan untuk tes masuk perguruan tinggi negeri. Namun, hati mereka luluh dan terenyuh Karena bersih-bersih itu tidak hanya diperuntukkan untuk siswa namun juga guru wali kelas.
Pahlawan tanpa tanda jasa itu ikut turun ke lapangan membersihkan taman mereka yang membuat siswa tersadar. Dan seiring berjalannya waktu, satu persatu dari mereka berbondong-bondong membawa peralatan menanam atau membersihkan seperti sapu, tempat penyiram bunga dan lain-lain. Kesadaran seperti itu memang seharusnya dimiliki oleh generasi muda masa kini. Beberapa dari mereka bahkan membawa pakaian kaos atau pakaian kotor untuk kegiatan bersih-bersih.
Seusainya, mereka sendirilah yang menikmati taman mereka yang hijau dan bersih. Itu juga sebabnya setelah pulang sekolah pukul tiga, tidak semua siswa berbondong-bondong pulang, sebagian dari mereka memilih untuk duduk-duduk di taman, di gazebo bahkan ada yang tiduran bercanda bersama teman-temannya di atas rerumputan.
Bukan sebuah hal yang mustahil menciptakan sebuah lingkungan hijau dan bersih didalam lingkungan sekolah. Namun, hijaunya lingkungan disekitar tidak akan pernah bisa bertahan tanpa adanya kesadaran dan kecintaan penghuninya. Tanaman yang selalu disiram setiap hari dan dipotong daun-daun keringnya itu membuka mata hati siapa saja tentang betapa indah dan menyenangkannya hidup dalam ketenangan dan kesejukan.
Tidak ada suara berisik polusi ataupun ceceran sampah namun sebuah pemandangan yang indah yang tidak bisa diucapkan dengan kata-kata. Betapa indah dan agung ciptaan Tuhan yang Maha Esa. Sebagai manusia apabila tidak sadar dan tidak bersyukur maka mereka hidup dalam kesia-siaan belaka. Perlu adanya kesadaran dari berbagai pihak untuk menyadarinya. Dan tentunya perlu sesuatu yang menggebu-gebu dalam hati, sesuatu yang disebut cinta untuk memulai suatu hal.
Siswa yang telah mengalami kehidupan teratur dan sehat itupun selalu membawa apa yang sudah mereka dapatkan disekolah selain pelajaran akademik untuk bersosialisasi dengan masyarakat luas. Banyak orang yang mengelu-elukan siswa lulusan sekolah itu karena mereka tidak hanya sempurna di akademik, tapi lengkap juga dengan moral dan hatinya. Sesuai dengan symbol SMA itu “Go International with Morality” Menunjukkan betapa besarnya kemampuan ke pada dunia dengan moral yang baik dan berbudi pekerti luhur. Hal semacam itu harusnya bisa menjadi sebuah penyemangat untuk generasi muda, generasi yang akan memimpin dunia.
Bernafas dalam kedamaian, berbicara dalam ketenangan, dan berjalan dalam kehijauan. Itulah generasi penerus bangsa yang mampu menjadi pemimpin untuk orang lain. Sebuah moral terbentuk dari kesadaran mereka terhadap lingkungan dan kecintaan mereka akan apa yang telah Tuhan ciptakan.
Orang yang bertanggung jawab akan menjaga dan memelihara titipan Tuhan sekuat tenanganya. Banyaknya generasi muda yang hidup dalam gemerlapnya malam, mall, dan tempat bermain itu perlu disadarkan hatinya. Cinta kepada lingkungan hijaupun harus ditanamkan sejak usia dini. Beri mereka sebuah tanggung jawab dan ciptakan jiwa yang bersahaja. Memerintah dengan tegas dan keras untuk membersihkan lingkungan bukanlah sebuah cara jitu untuk menyadarkan anak mencintai lingkungannya. Kemungkinan yang ada, mereka akan melakukan apa yang dikatakan namun setelah itu mereka akan lepas tangan. Ketika dimana mereka sudah harus hidup sebagai orang dewasa, mereka akan melupakan pelajaran itu begitu saja.
Cinta lingkungan dan kesadaran akan pentingnya kehijauan dunia adalah sesuatu yang harus dilakukan dengan pendekatan halus, dari hati ke hati. Sesuatu yang membuat terenyuh. Seperti kicauan burung dan hembusan angin segar, siapa yang bisa menolak pesona keduanya. Oleh karena itu, hijaunya dunia ada digenggaman generasi muda, dan sebagai generasi tua, tanamkan rasa cinta kepada lingkungan dari hati ke hati karena pepatah mengatakan hati tidak pernah mengingkari dan selalu melakukan segalanya secara suka rela dan ikhlas.
Berikan pengertian kepada generasi muda tentang hijaunya dunia seperti seorang kekasih yang berusaha menyakinkan pacarnya bahwa ia mencintainya. Dengan mencintai tanaman hijau, maka mereka dengan sendirinya akan berkorban dan meluangkan waktunya untuk berusaha membuat dunia tetap sejuk dan rindang.
Referensi