Pekanbaru, 13 Maret 2014. Asap yang menyelimuti seluruh wilayah Riau selama dua bulan ini tak kunjung reda menghalangi ruang gerak manusia disini. Bisnis penjualan masker merebak bagai jamur ditengah sawah setelah hujan reda ditambah penuhnya ruang UGD disetiap klinik dan rumah sakit baik milik pemerintah maupun swasta. Korban pun berjatuhan, kemana Presiden RI, Kemana Anggota DPR RI dari dapil Riau, Kemana Gubernur Riau, Kemana anggota DPRD Riau, Kemana semua pemimpin disaat mau terpilih sibuk mengatakan demi rakyat, demi masyarakat, demi bangsa dan warga Negara !
10 Maret 2014, seorang pedagang sate dijalan Pepaya yang bernama Ridwan (45 tahun) meninggal karena sesak nafas. Sayang nya pihak keluarga pasrah dan tak mau melaporkan kejadian ini yang dianggap ujian dari yang Maha Kuasa. Ada banyak ridwan-ridwan lain yang mengalami nasib yang sama dan tak mau berurusan dengan masalah hukum sehingga menganggap ini takdir dari yang Tuhan. Rumah sakit menjadi besar penghasilan pendapatan mereka karena terus menampung korban dari pengaruh asap ini, masyarakat harus mengeluarkan biaya yang besar untuk memperoleh kesehatan yang hakikinya adalah hak warga Negara manusia yang diatur dalam UU HAM. Dimana semua wakil kami yang duduk santai diruang AC dan keluar rumah dengan mobil mewah tertutup kaca dengan rapat dan tak sempat menghirup asap dari kebakaran lahan.
Sudah sejak sebulan anak-anak sekolah diliburkan sehingga banyak tertinggal mata pelajaran yang menjadi hak mereka mendapatkan pendidikan yang layaq. Asap ini telah membentuk pembodohan karakter anak-anak Riau sementara dirumah pun masih terancam dengan kesehatan akibat asap. Mau diapakan nasib mereka bila ini menjadi sebuah kebiasaan terus terjadi dibumi lancang kuning, sanggupkah mereka mengejar ketertinggalan pelajaran mereka. Alangkah ironisnya, para penguasa tak berfikir terhadap nasib anak-anak bangsa Indonesia yang membutuhkan perhatian khusus Negara ini.
Sudah seminggu penerbangan terganggu akibat asap, maskapai penerbangan rugi besar akibat harus me-refund biaya tiket penumpang. Perjalanan melalui daratpun terancam akan tutup karena khawatir akan tingkat kecelakaan karena jarak pandang telah mencapai hanya 500 meter. Akhirnya warga Riau tak bisa keluar dari sini dan harus mati perlahan-lahan akibat menghirup polutan dan asap dari kebakaran lahan. Kemana kami harus mengungsi karena semua tempat dipenuhi asap, kemana kami harus mengadu karena semua tidak pernah perduli, kemana kami harus mendapatkan udara segar karena hutan kami bukan lagi milik kami tapi telah menjadi milik perusahaan raksasa yang ikut membakar lahan.
Adakah scenario bahwa Riau akan dijadikan lahan sawit dan HTI sehingga untuk mendapatkan areal dan lahan maka warga Riau harus dibinasakan untuk sebuah proyek besar ini. Hentikan ! pembinasaan. Hentikan ! asap Riau. Hentikan ! pembodohan. Hentikan ! ini semua karena kami adalah manusia yang punya hak suara sehingga anda duduk jadi Presiden, sehingga anda duduk jadi Dewan, sehingga duduk menjadi Gubernur dan walikota. Kami menunggu pembuktian kalau yang kami pikirkan ini adalah salah, buktikan kalau yang kami rasakan ini adalah negative thinking.