Indonesia merupakan negara kaya akan keragaman hayatinya (megabiodiversity), namun keragaman hayati tersebut belum seluruhnya dikenal oleh masyarakat sehingga pemanfaatannya belum dilakukan secara berkelanjutan.
Untuk menyambut hari kehidupan liar sedunia yang jatuh pada setiap tanggal 3 Maret, Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI) dengan gerakan anak mudanya, yaitu Biodiversity Warriors bekerja sama dengan Fakultas Biologi Universitas Nasional dan Chevron mengajak para santri dan santriwati Pondok Pesantren Ekologi Ath-Thaariq, Garut, Jawa Barat, mengenal keragamanan hayati, terutama potensi tumbuhan obat yang berada di sekitar Pondok Pesantren, 25-28 Februari 2016.
Sebelum melakukan pengamatan, para santri diberikan pembekalan berupa materi, antara lain, Pengenalan Gerakan Biodiversity Warriors oleh Adam Komara Sudrajat, Keragaman Hayati dan Tumbuhan Obat Indonesia oleh Nadia Putri Rachma, Teknik Dasar Fotografi oleh M.Bagus Satrio dan Penulisan Populer oleh Ahmad Baihaqi yang merupakan anggota Biodiversity Warriors dan lulusan Fakultas Biologi Universitas Nasional.
Kepala Pondok Pesantren Ekologi Ath-Thaariq, Ibang Lukman mengatakan, “Disini, selain belajar mengaji, diharapkan para santri juga belajar mengenal keragaman hayati dengan memelihara berbagai habitat di dalamnya untuk menjaga ekosistem”.
Setelah dibekali materi, para santri diberi “senjata lengkap” untuk pengamatan, seperti teropong (binokuler), buku panduan lapangan, alat tulis dan tabulasi data serta kamera kemudian berkeliling untuk mengintip keragaman hayati di sekitar Pondok Pesantren.
“Para santri sangat antusias melakukan pengamatan keragaman hayati yang ada disekitar pesantren. Para santri harus bisa menuliskan hasil pengamatannya, lalu di share di website Biodiversity Warriors” ujar Muhammad Khoir, selaku koordinor acara yang merupakan mahasiswa tingkat akhir Fakultas Biologi Universitas Nasional.
Berdasarkan hasil pengamatan, didapati 44 jenis tumbuhan obat, 15 jenis kupu-kupu, 5 jenis capung, 21 jenis burung, 5 jenis herpetofauna, 1 jenis mamalia dan 2 jenis jamur.
Lusi Dianti Duryat salah satu santri menuturkan, “Kegiatan ini sangat menarik, dapat menambah wawasan dan meningkatkan kepedulian kita pentingnya menjaga ekosistem, tidak sekedar peduli namun kita menjadi aktor konservasi.”
Keragaman hayati yang didapat di Pondok Pesantren Ekologi Ath-Thariq baru hanya sebagian kecil, masih banyak keragaman hayati lainnya yang belum terkuak. Nasib keaneakaragaman hayati ada ditangan kita, mari bergerak bersama untuk mengenalkan dan melestarikan keanekaragaman hayati Indonesia.
Ahmad Baihaqi
Pusat Pengkajian Konservasi Alam dan Lingkungan
Fakultas Biologi Universitas Nasional, Jakarta