Oleh : Marsya Sinarani
Aku sangat menyukai liburan dan berkumpul bersama teman-teman. Setiap perjalanan dalam liburanku sebisa mungkin aku nikmati dengan sebaik-baiknya. Makanya tidak jarang kalau bepergian aku memilih tempat duduk di samping jendela agar bisa melihat pemadangan di luar dengan leluasa dan tentunya dapat menikmati setiap jengkal dalam perjalananku.
Satu yang tidak boleh ketinggalan dan harus dibawa dalam perjalanan liburanku adalah, aneka makanan dan cemilan. Aku biasanya membawa roti, minuman dan aneka snack untuk cemilan sepanjang perjalanan. Maklum aku orangnya cepat lapar dan mulut rasanya gatal kalau tidak mengunyah makanan. Pernah suatu kali aku lupa membawa bekal makanan, untungnya di atas kereta banyak tukang jualan. Selamatlah perutku dari ancaman kelaparan.
Yang akan aku ceritakan bukan pengalaman seru liburanku. Namun cerita selama di perjalanan. Tepatnya cerita tentang aku dan makanan-makanan bekal perjalanan.
Aku sering sekali bepergian menggunakan kendaraan umum, baik itu kereta ataupun bus, makanya aku sangat suka membawa bekal makanan sebagai teman perjalananku. Setelah selesai menikmati aneka bekal makanan, biasanya aku langsung celingak-celinguk mencari tempat sampah untuk membuang bungkus makanan. Kadang kalau beruntung aku menemukan tempat sampah. Tapi seringnya aku kurang beruntung tidak menemukan tempat sampah satu pun di kendaraan.
Rata-rata kendaraan umum di Indonesia sangat jarang yang menyediakan tempat sampah didalamnya. Bahkan hampir tidak ada. Akhirnya mau tidak mau tasku aku jadikan “tempat sampah” sementara, sampai kemudian aku menemukan tempat sampah yang sesungguhnya. Daripada aku harus membuang sampah di kursi atau di lantai kendaraan, aku lebih memilih tasku untuk menyimpan sampah tersebut, tentunya untuk sementara.
Membuang sampah pada tempatnya sudah menjadi kebiasanku sejak kecil. Ini karena orang tuaku selalu tegas mendidikku untuk hidup tertib termasuk dalam hal membuang sampah. Ibuku yang sangat menyukai kebersihan selalu mencontohkan hidup sehat dan bersih dalam keluarga kami.
Contohnya saja ketika lantai kotor. Tanpa banyak ngomel, Ibu langsung mengambil sapu dan kain pel. Anak-anaknya yang sedang asyik menonton TV pun jadi tidak enak melihat ibunya menyapu dan mengepel. Sehingga mau tidak mau aku langsung merebut sapu dan kain pel dari tangan ibuku karena malu. Masak ibunya menyapu dan mengepel lantai, anaknya bak raja, duduk manis sambil asyik menonton TV. Aneh kan?
Maka dari itu, jika aku tidak menemukan tempat sampah di perjalanan, tasku menjadi sasarannya. Saat aku tidak membawa tas, sampah-sampah bungkus makanan biasanya terpaksa aku kantongi atau aku genggam sampai aku menemukan tempat sampah yang sesungguhnya.
Bahkan aku sampai tertawa sendiri ketika aku membuka tas, alhasil tasku penuh dengan sampah, ada bungkus snack, permen, botol air minum kosong. Semuanya bercampur menjadi satu dengan barang-barangku. Bahkan, temenku sampai terheran-heran dengan kebiasaanku ini.
Ketika aku dan teman-temanku berlibur bersama di perkebunan teh, salah seorang temanku kebingungan mencari tempat sampah untuk membuang bekas botol minumannya. Di Perkebunan tersebut tidak ditemukan tempat sampah sama sekali, sementara banyak sekali papan peringatan yang melarang membuang sampah sembarangan. Tanpa sungkan aku langsung menyodorkan tasku kepadanya.
“Taruh tasku saja,” saranku.
Temenku keheranan. Serius?
“Nggak papa taruh tasku aja.”
Akhirnya dengan ragu-ragu bekas botol minuman itu dimasukkannya juga ke dalam tasku.
Pernah dalam perjalanan naik taksi rame-rame dengan teman-temanku. Sopir taksinya dengan seenaknya saja membuang botol sisa minumannya ke jalan raya. Aku dan teman-temanku pun langsung geram dibuatnya. Temenku yang kebetulan duduk di disamping sang sopir taksi langsung menegurnya.
“Bapak buang sampahnya jangan sembarangan dong pak,” tegur temenku halus.
“Halah banyak orang yang ngelakuin kok mb bukan saya aja. Lagian nanti juga disapu sama tukang sapu jalan,” bela bapak supir taksi tanpa rasa bersalah sedikit pun.
Kami pun hanya bisa menelan ludah, kecewa.
Miris memang. Tingkat kesadaran orang-orang untuk membuang sampah di tempatnya sangatlah rendah. Tidak usah jauh-jauh mencari bukti lihat saja di sekitar kita. Ketika saya naik kereta, saya sering sekali melihat tempat duduk yang sudah ditinggalkan penghuninya penuh dengan sampah. Sampah-sampah tersebut berserakan di kursi dan lantai. Mereka meninggalkan sampah sisa makanan dengan seenaknya, tanpa rasa bersalah.
Selain itu, tak jarang banyak penumpang yang dengan santainya membuang sampah dari jendela, seakan jalan raya itu adalah tempat pembuangan sampah, seperti ulah sang supir taksi tadi.
Begitu juga ketika saya sedang berlibur di pantai,kebetulan saya suka sekali pantai. Banyak orang yang dengan cueknya membuang sampah di pantai, padahal banyak tertulis papan larangan “dilarang membuang sampah sembarangan”. Menyedihkan, papan larangan tersebut ternyata cuma jadi pajangan semata, tidak ada efek apa-apa.
Membuang sampah tidak pada tempatnya seakan bukan menjadi hal yang tabu atau tercela bagi sebagian masyarakat kita. Mereka menganggap enteng saja perbuatan mereka. Tanpa mereka sadari bahwa akibat dari perbuatannya tidak seenteng yang dipikirkan.
Ingatkah dengan banjir di Jakarta? Musibah rutin tahunan yang selalu melanda ibukota kita tercinta, tentu sangat menyusahkan banyak orang. Bayangkan ruman-rumah terendam air dan sebagian orang terpaksa mengungsi di tempat yang kurang nyaman. Salah satu penyebab dari bencana rutin ini adalah sampah. Saluran-saluran air sampai kali-kali di Jakarta penuh dengan sampah sehingga air tak mengalir dengan lancar. Akibatnya banjir pun terjadi.
Tidak hanya banjir, sampah juga menimbulkan ketidaknyaman penglihatan mata dan penciuman hidung kita. Apakah kita masih bisa menikmati keindahan pantai kalau disekitar pantai berserakan sampah-sampah yang terkadang baunya menyengat hidung? Yang ada banyak wisatawan yang jadi malas untuk mengunjungi panai karena sampah-sampah tersebut.
Bahkan, ternyata sampah-sampah tersebut dapat menyebabkan kematian penyu. Di Pantai Samas, Yogyakarta, seringkali ditemukan penyu mati akibat tersedak sampah plastik yang dibuang oleh pengunjung. Kematian penyu ini, tidak saja merugikan bagi keragaman hayati Indonesia, namun juga menekan daya tarik kawasan pantai selatan di Yogyakarta sebagai kawasan wisata.
Lihatlah begitu banyak dampak negatif yang timbul jika kita membuang sampah tidak pada tempatnya. Namun, anehnya dampak negatif tersebut belum bisa membuka mata hati dan pikiran kita untuk hidup lebih tertib. Masih saja banyak dari kita yang seenaknya membuang sampah tidak pada tempatnya meskipun banjir setiap tahun selalu terjadi.
Sebelum terlambat, banyak hal yang bisa kita lakukan jika kita ingin terbebas dari dampak negatif membuang sampah tidak pada tempatnya. Hal-hal tersebut antara lain:
1. Beri pendidikan sejak dini pada anak untuk membuang sampah pada tempatnya.
Anak adalah peniru yang paling handal. Kita tidak perlu repot-repot menasehati anak dengan panjang lebar. Nasehat saja tidak cukup untuk membuat anak mengikuti aturan, karena yang tidak kalah penting adalah teladan .
Contohkan hidup sehat dan tertib membuang sampah di tempatnya, nanti anak dengan sendirinya akan meniru perilaku kita. Pendidikan sejak dini akan memberikan efek yang baik bagi anak-anak kedepannya.
2. Tegaskan aturan denda jika membuang sampah sembarangan
Tidak perlu jauh-jauh ke negara tetangga. Aturan denda jika membuang sampah sembarangan sebenarnya sudah ada di negara kita diantaranya Undang-Undang nomor 18 tahun 2008, PP nomor 81 tahun 2012 dan Permendagri nomor 33 tahun 2010.
Peraturan Daerah (Perda) yang dikeluarkan oleh Pemerintah Provinsi Jakarta baru-baru ini bahkan lebih tegas dari Perda sebelumnya. Setiap orang atau kelompok yang terbukti membuang sampah tidak pada tempatnya bisa dikenakan denda mulai dari 500 ribu sampai 50 juta rupiah.
Namun, yang menjadi masalahnya semua aturan tersebut tidak diterapkan dengan baik dalam lapangan. Masih banyak kita temui orang-orang yang membuang sampah sembarangan namun terbebas dari denda. Akibatnya mereka menjadi kebal dengan hukum yang sudah dibuat. Lalu yang menjadi pertanyaan, apa gunanya aturan itu dibuat?
Aturan yang telah dibuat perlu dijalankan dengan sebaik-baiknya. Jika ada yang melanggar, tindakan tegas perlu dilakukan agar dapat memberikan efek jera bagi si pelanggar. Kalau ada yang membuang sampah sembarangan langsung saja dikenakan denda 500 ribu. Sehingga jika aturan tersebut benar-benar dijalankan orang-orang akan berpikir ribuan kali untuk membuang sampah sembarangan. Daripada kehilangan uang 500 ribu lebih baik membuang sampah pada tempatnya.
Mungkin perlu dibentuk ‘polisi’ khusus sampah yang fokus memantau kebersihan tiap-tiap daerahnya. Selain itu ‘polisi’ tersebut juga bertugas memberikan sanksi dengan tegas pada orang – orang yang membuang sampah sembarangan.
3. Giatkan acara menarik untuk menjaga lingkungan dari sampah
Kegiatan yang menarik dalam upaya menjaga lingkungan dari sampah akan menarik minat dan perhatian masyarakat untuk mengikutinya. Seperti contohnya lomba mulung sampah di sungai ciliwung yang diadakan oleh KPC (Komunitas Pecinta Ciliwung). Kegiatan peduli lingkungan ini berhasil menarik antusias warga setempat. Terbukti kegiatan ini diikuti oleh 2.000an warga Bogor. Bahkan kegiatan peduli lingkungan ini masuk rekor muri. Selain sungai bersih warga pun menjadi belajar untuk mencintai lingkungannya.
Di Jogja ada juga bank sampah, dimana yang ditabung oleh masyarakat bukan uang melainkan sampah. Hal ini cukup menarik minat masyarakat untuk menabung sampah. Sehingga lingkungan pun mejadi lebih bersih karena warga banyak yang ‘membuang’ sampah di bank sampah.
Kegiatan-kegiatan menarik tersebut perlu ditiru oleh daerah-daerah lain agar memancing masyarakat untuk mulai belajar peduli dengan lingkungannya. Belajar dengan hal-hal yang menarik akan lebih mudah diterima oleh masyarakat.
4. Mulailah dari diri sendiri.
Dan yang terpenting dari semuanya adalah mulailah dari diri sendiri. Kita perlu mendisiplinkan diri untuk tertib menjaga kebersihan lingkungan. Termasuk untuk tidak membuang sampah sembarangan.
Anda tidak perlu jijik menjadikan tas Anda atau kantong saku Anda sebagai tempat sampah “sementara” ketika Anda belum menemukan tempat sampah sebenarnya. Sediakan kantong plastik ditas Anda untuk tempat sampah agar sampah terpisahkan dengan barang-barang di tas Anda.
Inilah saatnya bagi kita untuk melakukan perubahan. Lihatlah di sekitar kita, sudah mulai banyak orang-orang yang tergerak untuk melakukan sesuatu demi menyelamatkan lingkungan. Dari mulai menanam pohon di hutan, melakukan penyelamatan serta pelestarian terhadap hewan-hewan langka, membersihkan sungai dan pantai dari sampah, dan masih banyak lagi kegiatan yang menginspiratif lainnya.
Bahkan bintang sepakbola sekelas Christiano Ronaldo pun sangat peduli dengan pelestarian lingkungan di Indonesia, khususnya pelestarian hutan mangrove. Melihat semua hal tersebut, tidakkah kita tergerak untuk ikut memulainya juga ?
Referensi