Lomba Penulisan : Peduli Alam Indonesia Melalui Karya Sastra

oleh Julia Hartini

Manakala kehidupan ini semakin cepat dan praktis, lantas masih bisakah sastra memosisikan dirinya menjadi penjaga alam Indonesia? Jawabannya bisa. Karya sastra mampu merasuki pikiran manusia bahkan menjalar ke setiap ruangan yang abstrak sekalipun. Manusia yang konon membuat alam Indonesia semakin rusak bisa disadarkan dengan karya sastra.

Hal demikian bisa terjadi karena seorang pengarang karya sastra selalu mempertanyakan bahkan memberikan pernyataan-pernyataan sebelum dirinya menuangkan gagasan pada sebuah tulisan. Maka tidak heran jika karya sastra kerap berisi gugatan-gugatan terhadap kondisi sosial, kondisi alam, bahkan kondisi yang dianggap timpang di tengah-tengah kehidupan.
Melalui karya sastra, pengarang tengah mengajukan kesadarannya kepada pembaca. Pengarang mengalami pergulatan hebat pada renungannya saat mencari ide dalam menulis. Maka tak heran, pengarang harus lebih peka terhadap keadaan apapun, karena ia akan merekam kenyataan di dalam karya sastra.

Karya sastra adalah strukuturisasi pengalaman, antara interaksi subjek yang melakukan strukturisasi dengan objek yang dialami (Faruk, 1988, hlm. 132), dengan begitu karya sastra merupakan usaha seorang pengarang dalam meramu kenyataan dan pikiran dalam ruang imaji. Kejadian dalam karya sastra sebagaimana dikemukakan oleh Ratna (2003, hlm. 35) bahwa karya sastra berfungsi untuk menginventarisasikan sejumlah besar kejadian-kejadian yaitu kejadian–kejadian yang telah dikerangkakan dalam pola-pola kreativitas dan imajinasi.

Upaya penyadaran merupakan hal pertama yang harus dilakukan untuk melakukan perubahan dalam bidang apapun. Termasuk hal yang bertujuan untuk menjaga alam berserta isinya. Penyadaran akan menstimulus kerja otak untuk melakukan hal-hal yang akan ia laksanakan. Misalnya seseorang akan ikut dengan komunitas lingkungan, menolak tindakan pengrusakan hutan, akan terwujud jika sudah ada kesadaran di dalam pikirannya, Pramoedya Ananta Toer pernah berkata bahwa seorang terpelajar harus berlaku adil sejak dalam pikiran, apalagi dalam perbuatan oleh karenanya sastra mampu memasuki ruang-ruang pikiran, sebuah fungsi sastra yang bersifat pasti.
Sebelum melakukan aksi-aksi nyata, menularkan pemikiran melalui teks sastra kepada pembaca adalah suatu keharusan yang tertuang pada karya sastra. Karya-karya sastra yang berbicara menyoal alam Indonesia misalnya terlihat pada cerpen yang ditulis oleh Korrie Layun Rampan “Melintasi Malam” yang berisi tentang pembalakan hutan secara besar-besaran, lalu novel yang ditulis oleh Hary B. Kori’un yang berjudul Nyanyian Kemarau yang selain berbicara kondisi sosial, pun berbicara menyoal pembalakan hutan liar. Meskipun kisah cinta terdapat pada novel itu lebih mendominasi, namun tokoh yang bernama Rusdi telah menyelamatkan hutan Teso Nilo karena ia yang seorang wartawan telah melakukan pembelaan untuk mempertahankan tanah masyarakat di Koto Panjang.

Tak hanya novel dan cerpen, beberapa waktu lalu masyarakat Indonesia pun disuguhi film yang berjudul Sokola Rimba, sebuah film yang berasal dari novel dengan judul yang sama Sokola Rimba yang ditulis oleh Butet Manurung. Selain menyoal masalah pendidikan, film ini pun menyorot tentang hutan yang dialihfungsikan menjadi lahan kelapa. Meskipun ada yang peduli dengan nasib hutan Indonesia, namun tetap saja orang yang melukai hutan masih bebas melalangbuana memperkaya dirinya sendiri.

Tak hanya sebatas pada tulisan prosa atu film saja, kritikan atas kondisi apapun bisa dikemas dengan pertunjukan teater. Malah, teater lebih bersifat riil, tidak hanya mengandalkan pada teks, namun bisa mempergunkan semua indra yang penonton miliki. Misalnya sebuah teater yang saya tonton pada tahun 2011 berjudul “Pohon Mimpi dan Para Pengungsi” yang dimainkan oleh para tunarungu. Meski berbeda dengan teater pada umumnya karena tidak ada dialog langsung yang diucapkan oleh para pemain, namun pertunjukan ini telah sukses mengahadirkan kritik. Cerita ini berkisah tentang kerusakan hutan karena permainan bos pengusaha kayu dengan salah satu warga pedalaman. Akhirnya yang dirugikan tidak hanya manusia dan alam, namun semua makhluk hidup yang tinggal di hutan. Pertunjukan teater ini pun memberikan kesadaran akan dampak yang ditumbulkan tentang manusia yang tak pernah ramah kepada alam

Sejatinya, karya sastra akan memberikan penyadaran bagi pembacanya atas persoalan yang berada pada kenyataan. Itulah kiranya, pembaca akan mengutuk kesewenang-wenangan orang-orang yang tidak bertanggung jawab atas alam Indonesia yang kaya sumber dayanya. Setelah melakukan upaya penyadaran, tentu manusa akan membuat sebuah tindakan yang sangat bermanfaat bagi lingkungan, misalnya tidak membuang sampah sembarangan, ikut menanam pohon sebagai upaya meningkatkan kebersihan udara.

Tidak hanya itu, jika upaya penyadaran di lakukan lebih dulu, manusia akan
berpikir berkali-kali lipat untuk melakukan tindakan yang akan merugikan alam beserta isinya. Tentu ia akan malu terhadap dirinya sendiri dan alam jika mengingkari apa yang telah ia pahami sebagai seseorang yang memiliki tugas untuk turt menjaga pelestarian lingkungan.

Artikel yang diterbitkan oleh