,

Mencintai dengan Sederhana

Kebun Raya Samarinda

Sejuknya udara hutan seakan menghipnotis kami untuk lupa pada kebisingan dan hiruk pikuk kota. Riuh suara serangga pun hutan bak simponi alam yang merefresh kepenatan dan beban permasalahan. Serta jerit owa- owa (Hylobates muelleri) dikejauhan seolah menandai keberadaan mereka. Juga jerit kelasi atau lutung merah (Presbytis rubicunda) yang mengejutkan, mereka melintas tak jauh dari kami, berjumlah empat ekor. Bergerak cepat menjauh dari pohon ke pohon.

Pagi yang cerah, kami mengadakan wildtrip atau penjelajahan alam. Sebuah tempat dengan kemudahan akses pun kami pilih, Kebun Raya Samarinda, sebuah hutan pendidikan di Kalimantan Timur. Dengan wilayah yang cukup luas, 300 hektar, berada di bagian utara kota Samarinda. Terdapat ribuan jenis tanaman didalamnya, sesuai fungsinya kerap kali digunakan para mahasiswa dari berbagai universitas untuk penelitian atau kegiatan lainnya.

Di tempat ini, masyarakat pun memiliki akses yang mudah untuk datang, utamanya hari libur tempat ini selalu ramai. Sekitar 62 hektar dari luasan wilayah difungsikan sebagai fasilitas jalan, danau buatan dan bumi perkemahan. Juga dikembangkan sebagai obyek wisata, terdapat arena bermain dan kebun binatang.

Kegiatan wildtrip diadakan oleh Orangufriends, komunitas pendukung Centre for Orangutan Protection (COP), yang diikuti oleh beberapa anggota dari Komunitas Pemuda Hijau Indonesia (KOPHI) Kalimantan Timur, mahasiswa Universitas Mulawarman, mahasiswa pertukaran pelajar Indonesia- Canada, aktivis hutan lindung Wehea serta beberapa kawan lainnya yang baru kenal. Kami berjumlah belasan orang saja.

Sebelum berangkat kami adakan breafing dulu. Dilarang merokok selama wildtrip, untuk tidak berteriak di dalam hutan karena akan mengganggu kehidupan didalamnya kecuali dengan keperluan tertentu dan sandi yang disepakati. Kantongi sampah makanan/ snack selama perjalanan, pungut sampah disepanjang jalan yang ditenukan. Disarankan untuk tidak humor berlebihan. Satu komando perjalanan dengan leader yang ditunjuk. Tetap dalam satu barisan dan tidak terpisah- pisah.

Kebun Raya Samarinda Perjalanan pun dimulai, berjalan berbaris santai menyusuri jalan setapak, mengikuti tanda- tanda yang sebelumnya telah dipasang dan dirintis oleh team. Beberapa tanaman buah hutan bisa kami dapati di hutan ini, termasuk Ulin pohon khas Kalimantan Timur yang dilindungi. Memungut sampah- sampah yang ditemukan sepanjang perjalanan dan mengumpulkan dalam kantiung sampah yang telah kami siapkan.

Konsep acaranya santai, misinya untuk menikmati akhir pekan dan bersilaturahmi sembari berbagi pengetahuan tentang hutan dan satwa liar. Medannya pun biasa saja, tak ada yang terbilang berat, utamanya bagi yang telah terbiasa dengan wildtrip, namun tampak beberapa kawan kesulitan dan dengan muka gugup melintasi areal berlumpur. Mungkin takut ada buaya atau mungkin sekedar takut kotor. Beberapa dari kami yang baru bergabung mengaku baru ingin mengenal konservasi lingkungan.

Menarik dan berkesan bagi kami, sehingga merencanakan akan kembali mengadakan wildtrip. Selain menambah teman dan jaringan, pengetahuan pun diperoleh. Dua kali materi disampaikan secara bergantian pada sesi istirahat setelah satu jam perjalanan. Pertama, tentang kehidupan satwa liar diluar habitatnya, disampaikan oleh kawan dari Orangufriends. Dipaparkan bagaimana peran satwa liar bagi kehidupan manusia.

Khususnya orangutan (pongo pygmaeus), dikatakan sebagai spesies payung yang mampu menjaga keseimbangan ekosistem. Dengan daya jelajahnya 20 km per hari sepanjang perjalanan ia menyebar sisa makanan yang mengandung biji- biji tumbuhan yang kemudian akan tumbuh kembang kembali. Peran ini menyebabkan terjaganya kelestarian tanaman hutan, melindungi habitat satwa liar lainnya dan meminimalisir terjadinya bencana ekologi bagi manusia.

Orangutan dan satwa liar lainnya, ketika tinggal diluar habitatnya, dipelihara oleh manusia atau berada dalam kebun binatang tak mampu berbuat demikian. Bahkan rentan menularkan penyakitnya bagi manusia. Yang memprihatinkan, mengurung satwa liar justru ada dilakukan oleh beberapa komunitas berlabel pencinta satwa.

Materi lainnya disampaikan seorang kawan, aktivis pendamping masyarakat di hutan lindung Wehea. Ia mengatakan, banyak hal- hal sederhana yang dilupakan oleh banyak orang bahkan para aktivis lingkungan hidup sendiri. Betapa banyak sampah plastik yang kita temukan dan kita pungut selama perjalanan di hutan ini.., katanya. Ada sampah plastik yang berbahaya bagi satwa dan tumbuhan. Ada puntung rokok dan botol minuman. Sebagai hutan pendidikan, mestinya benar- benar memberikan edukasi bagi masyarakat, tidak cukup mengedepankan keanekaragaman hayati untuk kepentingan penelitian belaka.

Hal sederhana lainnya, namun kerap dilupakan. Mengenal beberapa jenis satwa tapi luput mengidentifikasi guna mengenalinya lebih dalam. Apa beda semut dengan rayap? Apa beda kupu dengan ngengat? Dan ternyata, kami mesti terlebih dulu mengeryitkan kening berfikir untuk jawabannya. Mampu mengidentifikasi secara sederhana akan mendorong minat mempelajari lebih lanjut. Diskusi yang santai, namun menginspirasi kami untuk berbuat hal- hal sederhana untuk cinta hutan dan satwa liar.

Artikel yang diterbitkan oleh