Setelah bercerita mengenai potret kehidupan pak Sutan kali ini saya melanjutkan menulis masih mengenai Taman Nasional Tesso Nilo yaitu Gajah Sumatera.
Taman Nasional Tesso Nilo merupakan suatu kawasan konservasi yang memiliki ekosistem hutan hujan dataran rendah. Taman Nasional Tesso Nilo memiliki beberapa keunikan diantaranya :
- Kawasan hutan Tesso Nilo memiliki tingkat keanekaragaman hayati tertinggi di dunia (Gillison 2001).
- Taman Nasional Tesso Nilo merupakan kawasan yang memiliki kantong Gajah terakhir di Sumatera sehingga kawasan ini di dalam Visi Balai Taman Nasional Tesso Nilo ditetapkan sebagai pusat konservasi Gajah Sumatera.
- Kawasan hutan Tesso Nilo sekelilingnya diapit oleh perkebunan sawit. Jadi jangan heran saat di perjalanan menuju ke Taman Nasional Tesso Nilo kita akan melewati perkebunan sawit yang panjang. Kiri-kanan sawitlah yang menemani perjalanan kita.
- Taman Nasional Tesso Nilo saat ini image-nya adalah perambahan. Jadi jangan heran bila anda mendengar pemberitaan mengenai hutan yang ada di kawasan Taman Nasional Tesso Nilo sering dirambah. Hingga saat ini luas perambahan Kawasan Hutan Taman Nasional Tesso Nilo seluas 52.266,50 Ha dari luasan 83.068 Ha (Suara Tesso Nilo, 2013).
Gajah Sumatera merupakan hewan mamalia terbesar di Sumatera yang hidup berkelompok. Peranan Gajah didalam suatu habitat sangat diperlukan, karena Gajah sebagai agent pemancar biji tumbuhan, dimana biji yang berada didalam kotoran hewan tersebut akan tumbuh. Artinya bila Gajah berak maka disana akan tumbuh pohon. Menarik bukan.
Kawasan hutan Taman Nasional Tesso Nilo merupakan pusat konservasi gajah karena memiliki habitat hutan yang masih perawan. Namun hutan Tesso Nilo yang perawan itu kini sudah di perkosa oleh tangan-tangan manusia dengan segala aktivitasnya. Perambahan, pembakaran, penebangan dan konversi lahan hutan menjadi sawit menjadi permasalahan yang harus di hadapi oleh pihak pemerintah dalam hal ini adalah Balai Taman Nasional Tesso Nilo.
Hutan yang dirusak mengakibatkan habitat bagi hewan yang didalamya rusak, termasuk Gajah. Gajah didalam kehidupannya mempunyai daya jelajah yang luas menyusuri hutan. Permasalahan akhirnya timbul. Gajah yang aktif dalam menjelajahi hutan masuk didalam pemukiman dan perkebunan sawit warga, akhirnya tanaman Sawit warga menjadi makanan favorit sang Gajah. Gajah sangat menyukai bagian umbi sawit, menurut warga sekitar 1 Gajah bisa menghabiskan 10 Ha sawit dalam 1 Jam. Itu baru satu Gajah, maka Gajah dicap sebagai hama bagi masyarakat dan perkebunan karena sawit mereka dirusak oleh Gajah.
Untuk mengantisipasi kerusakan dan kerugian lebih banyak lagi oleh Gajah, maka Gajah yang tak bersalah harus menerima akibatnya. Gajah dibunuh dan diracun adalah solusi terbaik bagi mereka yang merasa dirugikan oleh sang Gajah. Maka laporan terakhir WWF melalui siaran pers WWF (2013) mengatakan didalam laporannya bahwa Lebih Dari 100 Individu Gajah Sumatera Mati di Riau, Sejak 2004. Kajian WWF-Indonesia menunjukkan bahwa populasi gajah Sumatera kian hari makin memprihatinkan, dalam 25 tahun, gajah Sumatera telah kehilangan sekitar 70% habitatnya, serta populasinya menyusut hingga lebih dari separuh. Estimasi populasi tahun 2007 adalah antara 2400-2800 individu, namun kini diperkirakan telah menurun jauh dari angka tersebut karena habitatnya terus menyusut dan pembunuhan yang terus terjadi.
Pertanyaan muncul. Pertanyaan ini dialamatkan ke pihak yang terkait. Pak Zul (Menhut) dan pak Kuppin Simbolon (Ka Balai TNTN) apakah layak kembali Taman Nasional Tesso Nilo menjadi pusat konservasi gajah meskipun kini didalam kawasan tersebut sudah didirikan rumah sakit gajah yang pembangunannya dibantu oleh negara Belgia ?
Penulis merasa harus ada ketegasan hukum bagi pelaku pembunuhan Gajah agar pembunuhan tidak terus terjadi. Tidak hanya pelaku pembunuhan, permasalah perambahan juga bagian penting didalam tugas pemerintah dalam menanganinya. Karena apabila perambahan bisa dihentikan maka habitat Gajah dan hewan lainnya tidak akan rusak.
Mari berbagi ruang dengan Mereka sehingga alam tetap lestari #Greenhero .