MANADO — Keberadaan jenis burung di satu daerah ternyata menjadi indikator baik atau tidaknya kelestarian alam di lokasi tersebut. “Punahnya satu jenis burung endemis bisa mengindikasi bahwa ada kerusakan dalam kelestarian alam di sekitarnya,” ujar Advisor Conservation Research Burung Indonesia, Ria Saryanthi, Jumat (5/7/2013).
Burung menjadi entry point bagi pelestarian alam secara keseluruhan dan upaya konservasi terhadap keanekaragaman hayati.
Dalam Seminar Internasional Hutan dan Biodiversitas yang diselenggarakan di Manado, Burung Indonesia turut mempromosikan profil penyusunan ekosistem Wallacea. “Wallacea memiliki keragaman hayati luar biasa yang perlu dilestarikan. Sayangnya, investasi untuk konservasi di kawasan ini masih kalah jauh dibanding kawasan lain di Indonesia, misalnya Sumatera dan Kalimantan,” tutur Direktur Eksekutif Burung Indonesia Agus Budi Utomo.
Profil penyusunan ekosistem untuk kawasan Wallacea sendiri secara resmi diluncurkan pada 1 Juni 2013. Profil ini akan memuat wilayah prioritas untuk aksi penyelamatan, sekaligus menjadi pedoman bagi CEPF dalam mengucurkan dana hibah senilai 5 juta dollar AS selama lima tahun mendatang.
“Hibah tersebut akan diberikan kepada organisasi non-pemerintah untuk mendukung upaya-upaya konservasi di wilayah Wallacea,” tambah Ria.
The Critical Ecosystem Partnership Fund (CEPF) atau Dana Kemitraan Ekosistem Kritis yang secara resmi menunjukkan perhatiannya pada penyelamatan kawasan penting bagi keragaman hayati Indonesia dan Timor Leste, Wallacea.
Kawasan Wallacea meliputi kepulauan Nusantara di sebelah timur Bali hingga sebelah barat Papua (Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara) serta Timor Leste. Wallacea dipilih dalam program ini karena kaya keragaman hayati.
Namun, keragaman hayati tersebut terancam perusakan, pemanfaatan berlebihan, dan invasi jenis-jenis asing. Wallacea juga terkenal dengan jenis-jenis endemis alias khas yang tidak dijumpai di tempat lain, tetapi sebagian di antaranya telah masuk dalam daftar jenis terancam punah World Conservation Union (IUCN).
Penyusunan profil akan selesai sebelum pertengahan 2014. Burung Indonesia merupakan organisasi yang bertindak sebagai koordinator konsorsium tim penyusun profil. Tim penyusun profil juga berasal dari organisasi Wildlife Conservation Society, BirdLife International, Samdhana Institute, dan Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir, dan Lautan Institut Pertanian Bogor.