Alam tak pernah salah. Manusialah yang secara sadar merusak keadaan alam ini. Perilaku manusia selama ini tidak bisa memahami karakter kehidupan alam, sehingga alam selalu memberikan pengaruh negatif terhadap kehidupan manusia karena kerusakan alam yang dilakukan oleh manusia sendiri. Kerusakan alam oleh manusia tersebut sebelumnya sudah disebutkan di dalam Al Qur’an Surat Ar-Rum ayat 41 yang artinya, “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”.
Terlihat jelas, alam memperlihatkan kekuatannya kepada manusia. Berbagai fenomena-fenomena alam pun dengan gagah menunjukkan kekuatan dirinya kepada manusia. Tanah longsor, banjir, angin puting beliung, kebakaran hutan serta cuaca yang tidak menentu semua bersatu membentuk sebuah kekuatan yang bernama perubahan iklim. Perubahan iklim telah memaksa manusia untuk menjalani hidup tanpa kepastian. Secanggih apapun teknologi dan metode yang dibuat oleh manusia, sampai saat ini belum bisa menandingi kekuatan alam tersebut.
Perubahan iklim telah menjadi perbincangan di dunia internasional dalam beberapa tahun terakhir. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang rentan terhadap dampak perubahan iklim tersebut. Dalam Konvensi Kerangka Kerja PBB untuk Perubahan Iklim (UNFCCC), Indonesia merupakan negara pelopor di antara negara berkembang yang mau menunjukkan komitmen pengurangan emisi gas rumah kaca. Komitmen ini perlu di dukung oleh seluruh elemen masyarakat Indonesia, khususnya oleh pemuda yang dicap sebagai generasi yang akan meneruskan banyak peran bagi kelangsungan hidup di muka bumi.
Generasi muda merupakan generasi penerus yang memiliki tekad kuat untuk mengkritisi dampak perubahan iklim yang terjadi serta menjadi pioneer aksi nyata dan berkomitmen menyelamatkan bumi dengan menggandeng pihak-pihak lain dengan satu tujuan yang sama. Generasi muda merupakan generasi penerus yang menentukan keadaan alam di masa yang akan datang. Untuk itulah, sangat penting adanya peran para pemuda dalam menghadapi perubahan iklim.
Berlimpahnya kekayaan sumber daya alam di Indonesia yang tumpah ruah, perlu dijaga eksistensinya dari ancaman adanya perubahan iklim. Pemuda adalah pewaris bangsa yang memiliki semangat juang tinggi. Melalui keanekaragaman budaya, agama, dan ras yang ada di Indonesia peran para pemuda perlu ditingkatkan dalam menyuarakan komitmen perubahan iklim tersebut sehingga keberadaannya dapat diperhitungkan hingga ke tingkat nasional maupun internasional.
Perubahan iklim terjadi karena pemanasan global. Pemanasan global sendiri terjadi karena adanya peningkatan suhu rata-rata global sejak abad ke-20 yang disebabkan oleh peningkatan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) di atmosfer akibat aktivitas manusia. Diantara gas-gas rumah kaca yang semakin meningkat konsentrasinya di bumi adalah CO2 (karbon dioksida), CH4 (metana), dan gas-gas lainnya. CO2 (karbon dioksida) muncul karena akibat dari pembakaran bahan bakar fosil dan kebakaran hutan. Dapat kita lihat, berapa banyak emisi gas yang muncul akibat pembakaran bahan bakar fosil dan kebakaran hutan di Indonesia. Hal yang mudah dilihat di Indonesia adalah semakin banyaknya kendaraan dan semakin sedikitnya jumlah hutan di Indonesia yang semakin hari semakin menipis karena eksploitasi manusia terhadap alam yang berlebihan. Gas lainnya adalah CH4 (metana) yang merupakan senyawa organik yang paling berlimpah di bumi. Metana berasal dari pembusukan tanaman dan kotoran hewan, industri minyak dan gas, sampah kota, dan limbah industri cair. Wajar jika konsentrasi metana di bumi naik, lihatlah keadaan sekitar dengan mudahnya kita menemukan sampah – sampah berserakan. Selain itu, banyaknya industri-industri tak ramah lingkungan yang menjulang tinggi dengan menghasilkan limbah.
Pengaruh Global Warming di Bumi perlahan dirasakan oleh kita sebagai penghuni di Bumi. Faktanya, akhir-akhir ini cuaca semakin tidak menentu. Kadang panas, tiba-tiba hujan atau sebaliknya. Sebelumnya, bulan Januari lalu bencana banjir pun tak luput menerjang berbagai daerah di Indonesia khususnya Jakarta. Salah – satu penyebab hal tersebut adalah semakin maraknya deforestasi hutan serta penebangan pohon yang tidak diimbangi oleh penanaman pohon kembali. Deforestasi hutan berarti turunnya tingkat area luas hutan baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Salah satu penyebab deforestasi hutan adalah penebangan pohon secara tidak bijak yang dilakukan untuk memproduksi berbagai macam kebutuhan manusia, salah satunya adalah kertas. Bagaimana nasib hutan-hutan di Kalimantan? Bagaimana dengan nasib hutan-hutan-hutan di Indonesia? Bagaimana nasib hutan-hutan di dunia?
Liburan kali ini, ada baiknya kita isi dengan melakukan hal-hal yang positif, bermanfaat dan ramah lingkungan. Sebagai contoh kita dapat memanfaatkan hal kecil yang terdapat di rumah atau di tempat lainnya. Salah- satunya adalah kertas. Ya, mungkin kertas bagi sebagian orang adalah barang yang mudah didapat, digunakan dan dengan mudahnya kita dapat jumpai dimana saja. Tapi banyak orang yang masih belum mengetahui bagaimana kertas itu di produksi, sehingga banyak yang menggunakan secara tidak efisien.
Bahan utama pembuatan kertas berasal dari batang pohon yang berarti semakin banyak penggunaan kertas maka semakin banyak pula penebangan pohon yang terjadi. Membuat selembar kertas tidaklah semudah yang kita bayangkan, untuk setiap proses produksi kertas memerlukan bahan kimia, air dan energi dalam jumlah besar dan tentu saja bahan baku yang pada umumnya berasal dari kayu. Untuk memproduksi 1 rim kertas dibutuhkan 1 batang pohon usia 5 tahun. Selain itu, limbah yang dihasilkan dari proses produksi kertas juga sangat besar, baik secara kuantitatif dalam bentuk cair, gas, dan padat, maupun secara kualitatif. Agar limbah ini tidak mencemari lingkungan, maka diperlukan teknologi tinggi dan energi untuk memprosesnya. Jadi, banyak sekali dampak terhadap lingkungan kita, baik dampak langsung atau pun dampak jangka panjang terhadap pemakaian kertas terhadap lingkungan.
Beberapa fakta mengenai kertas:
1. Dengan mengambil nilai minimal rata-rata tingkat pertumbuhan konsumsi dan produksi yakni 5% per tahun sedangkan menurut World Resource Institute untuk Negara berkembang rata-rata sekitar 7% per tahun, maka diperoleh jumlah konsumsi kertas Indonesia di tahun 2006 mencapai 5,96 juta ton.
2. Dalam sebuah program Cleaning Day yang diadakan oleh sebuah perusahaan sumber energi di daerah bisnis Kuningan, Jakarta, terkumpul sampah kertas tak terpakai sebanyak 2 ton kertas, selama kurun waktu lima tahun menghuni gedung tersebut. Dan jumlah sampah yang dihasilkan sekitar 30-40% merupakan sampah kertas.
3. Konsumsi kertas di Indonesia terus meningkat satu kilogram (kg) per kapita tahun atau sekitar 220 ribu ton (Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI), 2003). Dengan demikian, Indonesia membutuhkan pembangunan satu pabrik kertas baru setiap tahunnya menyusul lahapnya konsumsi kertas dalam negeri (Kapanlagi.com, 2008).
4. Data Rainforest Information Center menyebutkan sebanyak 10-17 pohon harus ditebang untuk menghasilkan satu ton kertas ukuran koran (atau 8 lembar ukuran kertas A4). Satu ton tersebut cukup untuk mencetak sekira 7.000 eksemplar koran.
5. Masih menurut Indonesian Pulp and Paper Association, 90% konsumsi kertas (tulis dan cetak) di Indonesia disuplai secara domestik dan dalam kurun waktu lima tahun (2000-2004).
6. Laju deforestasi hutan Indonesia pada periode tahun 1985-1998 tidak kurang dari 1,6 juta hektar per tahun (Dephutbun, 2000).
Melihat kondisi sekitar lingkungan baik di kampus dan sekolah khususnya sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah menengah atas (SMA) masih banyak sekali yang menggunakan kertas secara berlebihan dan kurang efisien. Selama ini, banyak orang hanya menggunakan kertas dengan satu sisinya, ditambah lagi penggunaan buku yang tidak sampai habis sehingga menyisakan banyak lembaran kertas yang belum terpakai. Oleh karena itu, perlu adanya solusi untuk mengurangi penggunaan kertas serta memaksimalkan sisa-sisa kertas agar dapat menghasilkan nilai guna yang baru. Salah satu solusi dari sisa-sisa kertas tersebut adalah membuat green book.
Green Book ini merupakan salah satu solusi kreatif untuk mengurangi tingkat konsumsi serta memaksimalkan penggunaan kertas. Pembuatan green book ini tentunya membutuhkan kertas-kertas sisa dan bekas yang salah satu sisinya masih bisa digunakan kembali. Oleh karena itu, langkah awal untuk memulai green book ini adalah pengumpulan kertas-kertas bekas tersebut yang dapat terintegrasi dari sekolah dasar (SD) sampai perguruan tinggi negeri. Green book ini juga merupakan salah satu langkah konkrit yang dapat dilakukan oleh setiap individu untuk alam. Sehingga, secara tidak langsung green book ini menjadi sebuah kampanye dan membangun kesadaran bahwa hal sekecil apapun akan memiliki dampak negatif ataupun positif terhadap alam sekitar di masa mendatang.
Sangat sederhana, untuk membuat Green Book ini bahan yang dibutuhkan adalah beberapa barang bekas dan sisa, seperti kertas bekas yang salah satu/ kedua sisinya masih bisa digunakan, lem, steples, gunting, penggaris, serta pernak pernik. Adapun langkah-langkah untuk membuat Green Book ini adalah:
1. Langkah awal adalah kita kumpulkan sebanyak mungkin kertas bekas tersebut.
2. Setelah itu, pisahkan kertas yang memiliki ukuran yang sama, jika kertas tersebut tidak memiliki ukuran yang sama dapat anda sesuaikan ukurannya dengan yang anda inginkan.
3. Selanjutnya, bisa anda steples salah satu sisi tersebut yang menyerupai seperti buku.
4. Dan akhirnya, Green Book siap anda hias dengan pernak-pernik atau barang bekas lainnya sesuai kreativitas anda masing-masing.
5. Dan Green Book pun siap digunakan.
Green book memiliki pengaruh yang luar biasa jika terintegrasi mulai dari sekolah dasar sampai pada perguruan tinggi di seluruh Indonesia. Sederhana saja, berapa banyak pohon yang diselamatkan? Berapa banyak habitat hewan yang juga diselamatkan? Berapa banyak energi yang dihemat untuk pembuatan kertas? Berapa banyak air yang dihemat untuk pembuatan kertas? Jawabannya adalah sangat banyak.
Pemuda akan menjadi pembuat kebijakan di masa mendatang. Sejarah mencatat, anak muda telah menjadi penggerak perubahan di masyarakat. Dari kemerdekaan RI hingga Reformasi 98. Di tingkat Global, Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-Moon menyampaikan “kelompok muda harus diberikan kesempatan untuk berperan aktif dalam pembuatan keputusan baik dalam tingkat lokal, nasional maupun global”. Oleh karena itu, peran pemuda khususnya di Indonesia sangat memiliki pengaruh yang signifikan dalam permasalahan multidimensional terutama pada bidang perubahan iklim. Inilah saatnya para pemuda untuk aktif dan mengambil bagian dalam upaya mendorong perlambatan perubahan iklim dan kerusakan lingkungan dengan melakukan gerakan-gerakan serta inovasi-inovasi sekaligus menjadi solusi kreatif yang diprakarsaai dan dijalankan oleh pemuda. Pemuda adalah aset kemajuan suatu bangsa yang menjadi solusi aksi terhadap permasalahan bangsa dan dunia. Kini saatnya para pemuda sadar akan perubahan iklim yang benar-benar telah terjadi. Teringat perkataan Bung Karno “berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan ku cabut semeru dari akarnya, berikan aku seorang pemuda niscaya akan aku goncangkan dunia”.
Yuk, jadikan liburan kali ini produktif, kreatif dan ramah lingkungan.
Referensi:
http://green.kompasiana.com/penghijauan/2012/10/21/kita-dan-environmental-cost-502508.html
Masa Depan Hutan Kalimantan Akibat Pemanasan Global Akan Mengerikan