#KompetisiFotoEssay Fenomena Kabut Asap di Bumi Lancang Kuning

 

Provinsi Riau dalam beberapa bulan terakhir ini mengalami musim kemarau yang berkepanjangan, sehingga beberapa wilayah di Riau mengalami kekeringan. Kemarau yang berkepanjangan ini menyebabkan daerah kering ataupun lahan yang hanya berisi semak belukar mengering dan mudah

terbakar. Api pun mulai menyebar kemana-mana, sehingga sulit untuk dikendalikan. Asap yang diakibatkan oleh kebakaran ini telah dirasakan oleh masyarakat banyak, masyarakt Riau khususnya dan membawa dampak yang besar bagi kesehatan penduduk. Dalam beberapa minggu terakhir, kabut asap mencapai titik kritisnya, kondisi udara sudah mencapai titik berbahaya bagi kesehatan dan juga membatasi jarak pandang hanya sejauh 30-100 meter saja. Masyarakat hanya bisa menyalahkan kinerja pemerintah yang lambat untuk menanggulangi masalah ini, namun kita perlu tahu akar permasalahan ini yang sebenarnya.

Salah satu petugas pemadam kebakaran berusaha memadamka lahan yang terbakar
Foto 2. Salah satu petugas pemadam kebakaran berusaha memadamkan lahan yang terbakar (Foto by Erwanda Trio)

Kebanyakan masyarakat berpikir kebakaran ini terjadi karena panasnya sinar matahari dan tidak adanya hujan di daerah tersebut, hal itu memang benar, tapi coba kita telaah lebih jauh, lahan seperti apa yang mudah terbakar hanya karena disinari oleh matahari ?. Berdasarkan lokasi-lokasi kebakaran yang saya datangi, sebagian besarnya adalah lahan gambut yang baru dibuka ataupun lahan gambut yang telah dikonversikan menjadi lahan perkebunan, baik itu sawit, karet, ataupun HTI. sebagian besar masyarakat tidak menyadari bahwa kita sebagai manusia juga terlibat di dalam proses ini.

Provinsi Riau memiliki lahan gambut yang sangat luas dengan kedalaman melebihi 3 meter, yang seharusnya tidak diperolehkan untuk di konversi menjadi lahan perkebunan ataupun peruntukan lainnya. Namun sekarang hanya sedikit lahan gambut yang tersisa di Riau yang tetap terjaga dalam kondisi alaminya. Lahan gambut mampu menyimpan karbon dan air dalam jumlah besar, sehingga hal ini membuat lahan gambut menjadi asam dan tidak bisa untuk ditanami tanaman perkebunan tanpa diolah terlebih dahulu. Salah satu caranya adalah dengan membuat kanal-kanal untuk mengalirkan air keluar dari tanah gambut, membuat gambut menjadi mengering dan dapat ditanami tanaman perkebunan. Namun masyarakat tidak sadar bahwa gambut yang mengering sangat mudah sekali untuk terbakar.

Salah satu dampak dari kebakaran di lahan gambut, turunnya permukaan gambut setelah terbakar
Foto 3. Salah satu dampak dari kebakaran di lahan gambut, turunnya permukaan gambut setelah terbakar (Foto by Erwanda Trio)

Tanah gambut memiliki tekstur berongga tidak seperti tanah mineral yang padat, sehingga lahan gambut yang telah terbakar akan sulit untuk dipadamkan karena api berada di bawah permukaan dan asap akan terus keluar dari dalam sampai ia-nya padam seluruhnya. Dikarenakan tekstur nya yang berongga, lahan gambut yang telah terbakar akan mengalami penurunan permukaan tanahnya. Setelah terbakar permukaan Pemerintah telah mengerahkan armadanya untuk memadamkan api di daerah terbakar, namun karena hujan tidak kunjung tiba, air yang digunakan untuk memadamkan api pun semakin sulit untuk didapatkan.

Salah satu contoh lemahnya hukum, lahan terbakar tepat di tempat adanya plang larangan pemerintah
Foto 4. Salah satu contoh lemahnya hukum, lahan terbakar tepat di tempat adanya plang larangan pemerintah (Foto by Erwanda Trio)

Kebakaran yang terjadi tidak hanya dikarenakan panasnya sinar matahari, tetapi juga dikarenakan ulah tangan-tangan jahil manusia yang sengaja membakar suatu lahan untuk membersihkan lahan tersebut dari semak belukar ataupun pohon-pohon kecil, padahal pemerintah sudah melarang pembukaan lahan dengan cara dibakar. Masih banyak orang-orang tidak bertanggung jawab yang bisanya hanya merusak lingkungan tanpa tahu dampak yang akan datang setelahnya.

Artikel yang diterbitkan oleh