Manusia; Khalifah Penjaga Alam

Jika kita bisa mendengar, mungkin bumi sedang berteriak dengan segenap kemarahannya kepada kita, manusia. Betapa serakahnya kita sehingga bumi tempat kita hidup, tempat kita menginjakkan kaki, tempat kita bermain dan bersenang-senang, murka. Pernahkah kita merenungi mengapa bencana alam kerap melanda dan menghampiri kita, seperti gempa bumi, letusan gunung berapi, hingga banjir besar yang melanda beberapa daerah di tanah air, dan di berbagai belahan dunia lainnya?
Manusia adalah salah satu makhluk yang hidup di planet bumi dan selalu melakukan interaksi dengan alam atau lingkungan sekitarnya. Untuk memenuhi kebutuhan hidup, manusia memanfaatkan sumber daya alam sehingga manusia adalah makhluk yang paling berpengaruh terhadap alam. Bisa saja manusia membawa pengaruh positif atau pengaruh negatif untuk keberlangsungan kehidupan di bumi ini.
Sifat manusia yang serakah dengan memanfaatkan sumber daya dalam jumlah besar dan tidak terukur dapat menurunkan kualitas lingkungan hidup. Dapat dicontohkan pada peristiwa pembalakan liar yang dilakukan secara serampangan oleh beberapa perusahaan kayu atau kertas (pulp) yang tanpa reboisasi atau jumlah yang ditanam kembali tidak sesuai dengan yang ditebang. Hal ini menyebabkan gundulnya hutan dan membawa bencana banjir serta longsor yang merugikan semua makhluk hidup.
Padahal, sejatinya kita semua adalah khalifah di muka bumi ini yang wajib menjaga kelestarian lingkungan. Sebagaimana firman Allah dalam Q.S Al Baqarah ayat 30 yang artinya: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
Islam merupakan agama yang memandang penting akan tingkah laku seseorang terhadap lingkungan yang merupakan wujud dari keimanan manusia kepada Tuhannya (Allah SWT). Islam mengatur konsep tentang pelestarian lingkungan dengan sangat komplit. Manusia telah dipilih oleh Allah di muka bumi ini sebagai khalifah (khalifatullah fil’ardh), yang berarti sebagai wakil Allah di bumi. Sebagai wakil Allah, manusia wajib untuk bisa merepresentasikan dirinya sesuai dengan sifat-sifat Allah. Satu sifat Allah tentang alam adalah sebagai pemelihara atau penjaga alam (rabbul’alamin). Jadi sebagai wakil (khalifah) Allah di muka bumi, manusia harus aktif dan bertanggung jawab untuk menjaga bumi. Artinya, menjaga keberlangsungan fungsi bumi sebagai tempat kehidupan makhluk Allah termasuk manusia sekaligus menjaga keberlanjutan kehidupannya.
Kehidupan manusia memang sangat bergantung pada alam. Manusia memiliki hak untuk memanfaatkan kekayaan alam dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup tapi dengan catatan tidak berlebihan dan dalam skala yang wajar. Allah berfirman: “Dan dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon kurma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan (Q.S Al an’am: 141).”
Namun apa yang terjadi sekarang? Jika kita bisa mendengar, mungkin bumi sedang berteriak dengan segenap kemarahannya kepada kita!
Betapa serakahnya manusia! Apakah kalian tidak pernah berpikir panjang? Dimana kalian hidup, menginjakkan kaki, bermain, bersenang-senang?! Di BUMI…!! Lalu kenapa seakan-akan kalian tidak peduli dan bertingkah seenaknya!? Begitulah kira-kira pelampiasan perasaan bumi terhadap kita.
Padahal, kita semua hidup di bumi. Tapi hanya sebagian kecil yang berperan sebagai khalifah di muka bumi ini. Namun, sebagian besar lainnya memilih mengeruk sumber daya alam secara besar-besaran untuk kepentingan dirinya sendiri dan tidak mau peduli akibat yang ditimbulkan dari keuntungan yang diperolehnya setelah merusak alam. Allah berfirman: “Dan Dia-lah (Allah) yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan Sesungguhnya dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (Al an’am 165).
Semua bencana yang terjadi adalah peringatan Allah SWT kepada kita agar kita menyadarinya dan berusaha untuk memperbaiki diri. Hal ini seperti yang disebutkan dalam Q.S Ar ruum ayat 41 yang artinya; “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”
Banyak hal yang bisa kita lakukan sendiri dan bisa bermanfaat untuk lingkungan. Dengan menghemat energi (listrik, air dan bahan bakar), kita telah mengurangi dampak kerusakan lingkungan. Hal tersebut bisa kita lakukan dalam aktivitas sehari-hari seperti menggunakan listrik sesuai kebutuhan, mematikan lampu di ruangan/kamar yang sedang tidak perlu untuk diterangi, mematikan AC saat tidak dibutuhkan, mencabut stop kontak pada alat elektronik (televisi, komputer, mesin cuci, charger hp, dan sebagainya) yang sedang tidak dipakai, atau dengan memakai lampu dan peralatan elektronik yang hemat energi. Untuk menghemat air dapat dilakukan dengan mudah yaitu tidak pernah lupa mengontrol dan mematikan keran air jangan sampai merembes, hemat air saat mencuci dan saat mandi dengan menggunakan air secukupnya dan tidak berlebihan. Menghemat bahan bakar cukup dengan berpikir sebelum melakukan perjalanan. Tentukan jalur tempuh yang paling pendek ke lokasi tujuan, atau dengan menstabilkan jalannya kendaraan kita juga bisa menghemat BBM. Selain itu, beberapa aktivitas untuk menjaga lingkungan yaitu dengan membiasakan diri membuang sampah pada tempatnya, menghemat penggunaan plastik saat berbelanja dengan membawa tas belanja, juga menghemat sampah plastik dengan tidak banyak membeli barang yang terbungkus plastik/sachet, membiasakan untuk membawa botol minum isi ulang, juga menghemat penggunaan tissue, sampai rajin menanam pohon di rumah masing-masing, bisa juga bergabung dengan komunitas lingkungan di kota kita agar dapat melakukan aksi besar secara bersama-sama.
Bayangkan saja jika aktivitas positif menjaga bumi tersebut kita lakukan secara rutin! Berapa jumlah energi yang telah kita kurangi penggunaannya?! Berapa biaya yang dapat kita hemat perbulannya? Dan yang lebih luar biasa lagi ketika semua orang di dunia melakukannya! Pasti kita akan mendapat manfaat yang signifikan untuk keadaan bumi yang lebih baik. Subhanallah, sungguh kita menciptakan rumah yang nyaman bagi diri kita sendiri dan semua makhluk.
Sungguh Allah telah memberikan kita anugerah yang begitu besar, yaitu alam ini dengan segala isinya yang patut kita jaga. Allah memberi kita kecerdasan dan hati yang seharusnya kita syukuri dengan berbuat baik, bukan malah membuat kerusakan dengan memanfaatkan kecerdasan dan teknologi tanpa berpikir panjang. Kemana hati nurani kita? Yuk, berpikir lebih bijak dan bertindak dengan positif demi kedamaian kehidupan. Semoga kehidupan kita bisa menjadi rahmat bagi alam (rahmatan lil’alamiin) dan sebagai bekal kehidupan di akhirat kelak. Amin ya rabbal’alamiin.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,