APA KABAR RIAU–KU HARI INI
Saat sang mentari enggan untuk menampakkan wujudnya. Saat burung-burung mulai sumbang dalam nyanyiannya. Saat tetumbuhan tak kokoh lagi menopang daun dan rantingnya. Saat gedung-gedung berselimutkan kabut. Kami penduduk Riau seperti berada di atas awan, negeri dongeng, Nirwana atau mungkin Alam para Dewa Dewi. Dalam duka kami bertanya: APA KABAR RIAU-KU HARI INI?
Riau negeri tercinta berada dalam bencana. Tidak lagi sekedar asap, tapi mungkin lebih tepatnya azab yang menimpa negeri ini. Alam pun murka akibat ulah tangan manusia. Banyak hal yang harus dikorbankan akibat bencana ini. Aspek Pendidikan dan Sosial: sekolah-sekolah dan perguruan tinggi diliburkan dari aktifitas belajar mengajar. Aspek Ekonomi: Bandara ditutup sementara waktu sehingga terjadinya penundaan penerbangan. Aspek Lingkungan: udara tercemar pada tingkat membahayakan, tumbuhan sudah menggugurkan daunnya. Aspek kesehatan: Penderita ISPA meningkat dari hari kehari. Berapa besar kerugian yang dialami Riau hari ini?
Siapa yang harus kita salahkan sekarang ini?. Tidak cukup dengan hujatan, cacian dan makian. Berpangku tangan bukanlah hal yang harus dikerjakan saat ini. Upaya pindah dari Riau yang diisukan harus menjadi bahan pertimbangan. Haruskah kita berlayar menggunakan “Lancang Kuning” dan meninggalkan negeri tercinta ini? Hal lain yang harus dipertanyakan adalah mau dibawa kemana jutaan masyarakat Riau ini?. Mengungsi ke Sumatera Barat? Sumatera Utara? Pulau Jawa?. Saat ini bencana asap bukan lagi dialami oleh Masyarakat Riau, tapi hampir seluruh Pulau Sumatera telah merasakan dampaknya. Hal lain yang menjadi renungan adalah bahwa setiap daerah/pulau sedang merasakan bencana sesuai dengan porsinya masing-masing.
Usaha penanggulangan bencana menjadi hal yang harus ditempuh. Penggunaan masker terstandar dan meminimalisir kegiatan di luar ruangan menjadi langkah awal dalam pencegahan penyakit terutama ISPA. Berusaha memadamkan api di titik-titik kritis juga menjadi prioritas utama. Menadahkan tangan dan berdoa kepada Tuhan adalah hal terakhir yang harus dijalani sebagai umat beragama.
Marilah kita kembali berdamai dengan alam, membiarkannya dalam akatifitas alamiahnya. Alam ini adalah pinjaman dari anak cucu kita yang harus kita kembalikan utuh bahkan dengan bunganya. Jangan pernah mengganggu apalagi merusaknya, karena saat ia mulai terganggu maka ia akan memperlihatkan taringnya pada kita. Mari kita introspeksi diri masing-masing. Kesalahan apa yang telah kita perbuat terhadap alam. Untuk Negeri-ku Tercinta, Untuk Alam-ku Tersayang dan Untuk Riau-ku: APA KABAR MU HARI INI?
Pekanbaru, Jeritan 14 Maret 2014,
Penulis