Kota bisa dibilang merupakan representasi dari keberadaan manusia dan majunya perdaban suatu zaman. Transformasi masyarakat Indonesia dari agraris menjadi industri juga sering dibilang sebagai sebuah langkah maju dalam mengimbangi perkembangan yang terjadi di seluruh dunia. Akan tetapi ternyata keseriusan pembangunan dari masa ke masa di berbagai tempat di Indonesia lupa memperhatikan ekosistem yang lain, penghuni bumi yang lain, bahwa orang-orang sering lupa bahwa manusia tidak hidup sendirian, bahwa manusia sebenarnya hidup dengan makhluk-makhluk lain berupa tanaman dan hewan.
Tidak hanya manusia hidup bersama dengan makhluk lain, melainkan sesungguhnya manusia mendapat mandat untuk menjaga kelestarian alam sekitarnya, dan tentunya beserta makhluk yang hidup di dalamnya. Hutan, jelas merupakan bagian dari alam yang tidak mungkin tidak dilestarikan. Mungkin manusia bisa mengumpulkan banyak uang, hidup berkeluarga melalui industri, tapi tanpa kesejukan, dan tempat bertahan hidup yang nyaman, semuanya menjadi sia-sia. Simbiosis yang terjadi antara manusia dan hutan merupakan bagian dari hukum alam yang tidak terbantahkan. Jika manusia tidak mampu membuat perkembangan peradaban tetap bersikap ramah kepada alam maka manusia itu dalam proses penghancuran dirinya sendiri, seperti yang belum lama ini terjadi di Beijing, di mana tingkat polusi di perkotaannya berada dalam level membahayakan, sehingga membuat orang-orang harus bermasker dan berpakaian khusus untuk menghindari penyakit[1].
Kembali ke perkotaan di Indonesia, Ruang Terbuka Hijau (RTH) menjadi sesuatu yang sangat urgen untuk dimiliki setiap kota. Sebuah penelitian di Inggris[2] menyatakan bahwa tersedianya ruang hijau terbuka di sebuah kota akan membuat masyarakatnya memiliki kesehatan mental yang sangat seimbang. Hutan kota bukanlah pajangan, melainkan jantung dan separuh nafas bagi warganya. Baik disadari ataupun tidak, teduh dan segarnya sebuah kota memungkinkan masyarakatnya menjadi lebih mudah berpikir, lebih kreatif dalam bekerja, lebih pemaaf, sehingga tingkat kriminalitas bisa menurun.
Kita ambil contoh Bandung, kota ini kini tengah melakukan perubahan besar-besaran dengan memperbanyak ruang publik dan taman kota, hal ini bertujuan untuk membuat indeks kebahagiaan meningkat, disebabkan ruang-ruang terbuka, bukan ruang privat, kehadiran hutan kota Babakan Siliwangi di kota Bandung juga menjadi sebuah contoh bagaimana semangat merawat alam di kota juga selalu bisa ditumbuhkan. Sebelumnya ada isu bahwa Babakan Siliwangi akan dijadikan pusat perbelanjaan[3] oleh investor asing. Namun upaya gigih warga kota dan tokoh masyarakat untuk memepertahankannya membuat Babakan Siliwangi tetap menjadi paru-paru kota, uang mungkin bisa membahagiakan dalam beberapa bulan, tetapi kesehatan mental tidak akan bisa dibeli, melainkan diciptakan sendiri.
Upaya untuk merawat hutan kota demi kesehatan manusia-manusia perkotaan juga bisa dimulai dengan aksi individunya. Kita semua bisa melakukan aksi peduli lingkungan dan pelestarian alam di perkotaan dengan melakukan kegiatan yang sangat sederhana, yaitu berkebun. Semua orang akan bisa memulai belajar berkebun di perkotaan, istilah populernya saat ini adalah Urban Farming.
Berkebun di kota bukan merupakan hal yang mustahil, kita bisa memanfaatkan ruang yang tidak terlalu besar di halaman rumah atau menggunakan media-media yang umum dan efektif seperti hidroponik, vertikultur atau taman minimalis. Hal ini bertujuan untuk melebarkan ruang terbuka hijau di mana saja, tersebar di seluruh kota. Tanaman apa saja yang bisa ditanam tentu berbagai macam namun sederhana, seperti cabe, sosin, jahe atau kunyit yang memiliki berbagai manfaat, atau misalnya tanaman-tanaman hias beraneka macam yang bisa memperkaya keindahan dengan warna-warnanya.
Penulis sendiri bersama teman-teman komunitas berkebun telah memulai kegiatan ini dengan memanfaatkan sebuah lahan kosong di depan rumah salah seorang anggota. Kegiatan ini sangat positif untuk membentuk kepedulian banyak orang tentang lingkungan dan ruang hijau, mengingat ruang perkotaan yang semakin sempit dan sulit ditanami. Selain itu dengan bergerak bersama berbasis komunitas, hal ini juga dapat membentuk jaringan komunikasi antara sesama komunitas berkebun yang sangat banyak ini, sehingga pentingnya menciptakan ruang hijau menjadi dapat dengan mudah tersosialisasikan.
Penciptaan ruang hijau ini juga menjadi sebuah kekuatan baru bagi masyarakat untuk bisa peduli terhadap lingkungan, bagi masyarakat yang tidak bisa ikut turun langsung dalam proses pelestarian hutan-hutan besar di Indonesia, bisa ikut membantu dengan menciptakan banyak ruang terbuka hijau di perkotaan dan merawat serta mensosialisasikan pentingnya memiliki hutan kota. Hal-hal kecil seperti itu akan sangat membantu lestarinya lingkungan secara perlahan-lahan.
[1] http://www.bbc.co.uk/indonesia/majalah/2013/01/130107_beijinghazy
[2] http://www.bbc.co.uk/indonesia/majalah/2014/01/140112_iptek_greenspace
[3] http://km.itb.ac.id/site/kajian-perkotaan-mempertahankan-babakan-siliwangi-sebagai-ruang-terbuka-hijau-kota-bandung/