TEMPO.CO, Banjarmasin – Kepala Dinas Sumber Daya Air dan Drainase Kota Banjarmasin, Muryanta, mengklaim jumlah sungai di kota tersebut bertambah banyak. Mengutip hasil survei 2013, kata dia, sungai di Banjarmasin sebanyak 150 dan berpotensi bertambah.
“Sekarang kemungkinan bisa 195 sungai dengan panjang 250 kilometer lebih. Jumlah ini termasuk drainase atau sungai mati yang tertutup bangunan,” kata Muryanta saat diskusi bertajuk Urgensi Revitalisasi Sungai di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Sabtu, 29 Agustus 2015.
Dari jumlah tersebut, menurutnya, 102 sungai masuk kategori aktif dan sisanya berstatus mati. Adapun sungai yang layak dilewati moda transportasi air hanya sekitar 20 dari 102 sungai aktif. Ia mengklaim Dinas Sumber Daya Air serius menggarap revitalisasi dan normalisasi ratusan sungai itu untuk mengembalikan ke fungsinya.
Maraknya sampah dan bangunan yang berdiri di atas aliran sungai, kata Muryanta, kian mengikis kearifan lokal di Banjarmasin yang berbasis budaya sungai. Status Kota Seribu Sungai pun seakan malah menjauh dari Banjarmasin. Muryanta mengakui pemanfaatan sungai di Banjarmasin jauh tertinggal ketimbang di Palembang. “Sekitar 70 persen luas Banjarmasin tertutup bangunan.”
Jika dikelola baik, menurut dia, anak-anak sungai di Banjarmasin sebenarnya bisa membentuk jaringan transportasi air terintegrasi dengan muara di Sungai Barito dan Martapura. Karena itu pihaknya berencana menata dan menggeser bangunan di sempadan sungai yang dinilai mengganggu. Sedangkan bangunan yang tidak mengganggu fungsi sungai tetap dipertahankan.
Pemerintah Banjarmasin juga berencana membangun rusunawa bagi warga yang rumahnya menyalahi tata ruang dan mengganggu fungsi sungai. Ia mengakui sungai saat ini bukan lagi penopang utama aktivitas ekonomi warga di Banjarmasin menyusul minimnya daya tampung sungai untuk transportasi air.
Pengamat kebijakan publik dari Universitas Indonesia, Andrinof Chaniago, mengatakan pemerintah daerah mesti merevitalisasi fungsi sungai sebagai tulang punggung pergerakan ekonomi, pariwisata, jasa, dan perdagangan. Bagi Andrinof, sungai di Banjarmasin berpotensi dijadikan wahana pariwisata untuk mendongkrak perputaran ekonomi warga.
“Sekarang fungsi sungai terabaikan, hanya fungsi transportasi yang dipertahankan. Sungai dijadikan tempat paling murah membuang kotoran” ujar bekas Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional itu.
Di level ASEAN, kata dia, Vietnam mulai memanfaatkan Sungai Mekong untuk mendukung aktivitas perekonomian. Ia mendorong Pemerintah Banjarmasin dan warga saling bersinergi mengembalikan fungsi sungai. Andrinof sepakat atas ide gerakan masyarakat ramah sungai yang digagas oleh Pemerintah Banjarmasin.
Ia yakin gerakan ini bisa memacu warga memiliki rasa peduli terhadap lingkungan. “Masih banyak fungsi lain yang bisa dimanfaatkan. Saya harap ada gerakan nasional ramah sungai.”