Bekas hujan belum sirna ketika Mardiyanto mendaki dinding bukit yang dijejali bongkahan jumbo batuan marmer. Di bawah mendung yang menggelanyut, gerakan kaki dan tangannya lincah mencari celah menuju mulut-mulut goa yang terselip di sela bukit marmer itu. Meski naik turun punggungan tebing padas, nafasnya masih stabil. Sadar melihat saya ngos-ngosan seraya menyeka peluh, Mardiyanto kerap meminta saya untuk rehat sejenak.
Tak ada jalan setapak penunjuk arah ke setiap goa. Lantaran keburu ciut nyali melihat trekkingtebing marmer, saya mesti ditemani oleh Mardiyanto-yang kala itu sibuk tanam padi. Di sana, kami wajib ekstrawaspada. Lengah sedikit, nyawa taruhannya. Selain bersandar pada batuan, kami memanfaatkan ranting dan akar pepohonan yang menjuntai bak ular untuk penopang tubuh. Bukan perkara sepele mencari mulut goa di kontur bukit semacam itu.
Nama Goa Marmer disematkan karena dominasi landskap panorama bukit dibalut batuan marmer. Siang itu, Minggu 20 Desember lalu, saya menelisik keberadaan Goa Marmer di Desa Sungai Bakar, Kecamatan Bajuin, Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan. Goa Marmer sejatinya bukan nama tunggal untuk sepenggal mulut goa. Sedikitnya ada 27 mulut goa di bukit marmer yang sempat diinventarisir oleh Dinas Kehutanan Pemkab Tanah Laut.
Goa Marmer boleh dibilang bukanlah tujuan wisata keluarga. Lokasinya lebih cocok untuk wisata minat khusus semacam susur goa karena menawarkan sensasi alami pemacu adrenalin. Jangan berharap ada infrastruktur pendukung seperti anak tangga ataupun lampu di dalam goa. Justru butuh ketebalan nyali untuk menyusuri setiap jengkal bukit dan lorong-lorong goa. Namun kondisi alami ini sejatinya nilai tambah atas keberadaan Goa Marmer. Orang yang berkunjung ke sini biasanya untuk kepentingan riset.
Kami melihat Goa Masjid di spot pertama. Lebar mulut goa ini cuma 1 meter dengan tinggi 2 meter. Saya harus merunduk demi menghindari benturan. Cahaya matahari hanya mampu menembus jarak 15 meter dari mulut goa. Selebihnya: gelap dan lembab. Di dalam Goa Masjid, terdapat kubah di pertengahan lorong, yang konon sering dibuat salat para leluhur desa setempat. Lantai goa dipenuhi bebatuan licin akibat rembesan air.
Selepas itu, kami menuju Goa Ambar. Mardiyanto sempat lupa rute tercepat menuju ke Goa Ambar. Sebab, ia mengaku sudah tiga tahun terakhir tak pernah menjamah perbukitan marmer itu. Namun naluri dan pengalaman dia agaknya masih tajam. Kami akhirnya tiba di Goa Ambar meskipun harus lewat pemanjatan tebing yang curam dan memutar.
Pada spot ini, mulut goa vertikal, sempit dan curam. Kami mesti menuruni bebatuan cadas agar sampai di dasar Goa Ambar. Di Goa Ambar, bisa ditemukan sumber mata air atau sumur berkedalaman selutut orang dewasa. Sayangnya, keterbatasan alat penerangan membuat kami mengurungkan niat menembus lorong gelap nan sempit menuju sumber air itu. “Kalau ada tali, kita bisa turun 50 meter dan jalan lagi melihat air terjun di dalam goa ini,” kata Mardiyanto.
Air terjun yang dimaksud dia sebenarnya berupa gemericik air rembesan yang mengalir pada dinding goa. Suara pantulan gemericik air yang terperangkap dalam lorong goa menimbulkan gemuruh bak air terjun. Konon, ada sebagian lorong goa yang saling terhubung satu sama lain.
Melihat kontur bukit dan gelapnya lorong-lorong goa tanpa peralatan yang memadai, memaksa saya harus menyudahi petualangan nekad ini. Spot ini layak dijadikan destinasi wisata Kalseldi luar daftar lokasi wisata mainstream. Bagi Anda yang bernyali ganda dan mencari wisata minat khusus, Goa Marmer patut dicoba menguji adrenalin.
Bawalah lotion anti nyamuk, perlengkapan pendakian, senter, jaket parasit, dan bekal makanan apabila Anda ingin mencoba tempat wisata yang satu ini. Ada baiknya Anda ditemani pemandu lokal. Carilah sosok Amang Gana, warga desa yang paling paham soal medan di bukit marmer.
Keberadaan batuan marmer jelas menggoda untuk dieksploitasi. Sadar atas ancaman ini, menurut Amang Gana, warga sepakat melindungi bukit marmer dari aksi perusakan. Pengambilan dibolehkan asalkan sebatas batuan marmer yang terserak di bawah bukit. Warga juga berkeyakinan bahwa Goa Marmer ditunggu seekor macan.
Puas menjelajah Goa Marmer, saya mampir di Air Terjun Bajuin, yang letaknya tak jauh dari Goa Marmer. Banjuran air terjun ini klop buat melepas penat setelah bersusah payah mendaki Goa Marmer. Bila sekedar menyegarkan tubuh, sebaiknya cukup berendam di tingkatan pertama. Di sana sudah tersedia kolam pemandian. Perpaduan eksotisme Goa Marmer dan Air Terjun Bajuin agaknya menjadi destinasi wisata Kalsel yang ciamik untuk dikembangkan.
Masyarakat biasanya menarik duit karcis Rp 3.000 per orang dewasa. Kedua lokasi itu berjarak 75 kilometer dari Kota Banjarmasin atau butuh waktu tempuh 2 jam. Bila Anda berasal dari luar Provinsi Kalimantan Selatan, maskapai Garuda Indonesia bisa menjadi alternatif menuju Kalsel. Sebab Garuda Indonesia menawarkan penerbangan berjadwal dari dan ke Bandara Syamsudin Noor di Banjarbaru.