,

Mau Membuat Rumah Kecil Anda Hijau? Inilah Caranya

 

 

 

Saat membaca artikel “Halaman Rumah Sempit Disulap Jadi Kebun Sayur” dan “Budidaya Ikan” di Mongabay dalam hati saya berkata, saya harus punya kebun seperti ini kelak kalau punya rumah. Kebetulan pemilik kebun mini itu adalah sahabat saya, Alexander Mering. “Kelak kalau punya rumah ajari saya bikin aquaponic,” saya minta pada Alex.

Dua tahun berselang, September tahun lalu, akhirnya keluarga saya membeli rumah kecil di kawasan Tangerang itu. Begitu kecilnya hingga tak tersisa ruang untuk menanam. Tanah 50 meter persegi habis untuk dua kamar tidur, dapur dan kamar mandi serta halaman kecil. Di halaman inilah saya menumpukan harapan bisa bikin kolam kecil dan kebun sayur seperti mimpi saya. Saya menunggu Alex luang namun kesempatan itu tak kunjung datang.

Kolam

Karena ngebet pingin punya kebun mini idaman, saya nekat membuat sendiri. Pertama, saya bikin adalah kolam koi. Dengan batu bata 25 buah, semen satu sak dan pasir seperempat rit saya dibantu Pak Tedjo, tukang langganan di kantor, akhirnya membuat kolam koi. Untuk mempercantik kolam, saya pakai keramik bekas di kantor yang sisa sekardus. Alhamdulillah… pas dan jadilah kolam dengan panjang dua meter dan lebar empat puluh senti. Ada kran untuk air masuk dan pembuangan. Cantik.

Tetangga kiri-kanan pesimis, mereka khawatir ikan mati. Supaya koi tak mati, saya dapat jurus dari Pak Tedjo. Setelah kolam jadi, jangan langsung masukkan ikan, sebaiknya diberi air penuh dan cacahan gedebok (batang tanaman) pisang. Diamkan dua hari. Gedebok pisang ini akan menyerap kandungan semen yang bisa bikin ikan mati.

Saya tak sabar menunggu dua hari. Sehari semalam setelah kolam direndam dengan air gedebok segera saya keringkan dan isi lagi. Saya isi air plus sedikit garam (garam khusus ada di toko ikan dengan harga Rp10.000). Siap beli koi.

Pertama saya beli empat, kedua lima, dan bertambah terus hingga 30 koi. Teman saya menambah tiga ikan mas dan dua ikan mas koki. Kisaran harga koi dari Rp5.000 hingga ratusan ribu.

Ada hal penting saat membeli ikan: untuk awal sebaiknya jangan beli koi mahal, cukup beli harga sedang-sedang saja karena kalau masih awal biasa rentan mati. Nyesek kalau liat koi kesayangan mati. Saya sempet uring-uringan saat menghadapi hal itu.

Filter

Kalau ikan sehat, mereka makan lahap. Kalau mereka tak mau makan, anda harus siap-siap kehilangan mereka. Ada beberapa hal menyebabkan ikan tak mau makan. Stres karena air kurang sehat. Untuk menjaga air sehat harus rajin membersihkan kolam dan harus ada pompa filter. Pompa filter ini bagian paling mahal dari kolam saya. Sekitar Rp100-Rp200 ribu.

Karena belum pengalaman, saya mencoba bikin filter sendiri dari sabut kelapa, pasir, batu, dan arang yang saya taruh di pipa air. Hasilnya, pipa mampet dan filter tak berhasil. Karena tak ada filter air kolam cepat kotor dan saya harus membersihkan kolam tiap hari: pagi dan sore.

Hingga suatu hari saya ketemu tetangga, Andre Lukmana. Dia juga punya kolam koi dan punya filter bagus. Dari dia, saya belajar kalau areng yang dipakai untuk filter sudah ada paket di toko ikan hias harga sekitar Rp10.000, batu untuk filter juga khusus yaitu batu ziloid, tersedia di toko ikan hias sudah ada paketan kecil Rp10.000, plus kapas penyaring harga dari Rp4.000.

Karena saya tak mendisain kolam dengan tempat filter tersendiri saya lalu menggunakan gentong tanah kecil untuk menaruh bahan-bahan untuk filter tadi. Gentong ini bisa mempercantik kolam. Saya susun berlapis, kapas penyaring, batu ziloid, dan arang (susunan bisa divariasi). Biasanya pompa ada dua saluran air. Salurkan air ke gentong filter. Biarkan gentong filter penuh dan air tumpah ke kolam. Air yang keluar dari gentong sudah jernih.

Dengan filter ini, tak harus membersihkan kolam tiap hari. Untuk kolam berisi 30 koi ini, saya membersihkan seminggu sekali. Andre dengan koi dua bisa sebulan sekali membersihkan kolam.

Yang perlu diingat, pompa harus selalu hidup. Ikan akan mati kalau pompa mati. Ada waktu tertentu listrik padam. Supaya ikan tak mati sebaiknya kran air masuk dan pembuangan dibuka supaya sirkulasi air dan oksigen terjaga. Setengah mimpi saya terkabul tinggal bikin aquaponic untuk menggenapkan.

 

Tanaman aquaponic yang membuat rumah hijau. Foto: Imam Shofwan
Tanaman aquaponic yang membuat rumah hijau. Foto: Imam Shofwan

 

Aquaponic

Di toko-toko tanaman hias ada yang menjual aquaponic lengkap dengan tanaman. Cantik namun harga paket kecil yang pas untuk rumah saya Rp1,5 juta. Saya putar otak untuk bikin sendiri. Bahan pvc empat inci atau tiga inci. Ia banyak tersedia di tempat-tempat barang bekas. Kalau dapat bekas lebih murah, kalau beli baru harga untuk pipa empat inci sepanjang empat meter skitar Rp100.000. Makin tebal pipa makin mahal.

Saya sesuaikan ukuran kolam dengan pipa, pipa saya potong satu setengah meter menjadi dua dan sisa satu meter. Nah, tahap berikutnya membikin lubang pipa. Awalnya, saya pakai lubangi dengan api dan cutter namun tidak bagus dan ukuran tak sama dan memakan waktu lama. Cara paling rapi dan cepat menggunakan bor khusus seukuran aqua gelas. Tak sampai sejam. Untuk potongan semeter setengah sebaiknya dilubangi paling banyak 11 lubang supaya tak terlalu rapat. Untuk satu meter sengaja saya belah buat pot anggrek.

Saya susun pipa-pipa itu secara vertikal menggunakan kawat dengan susunan agak miring, satu pipa dengan pipa dibawahnya disambung dengan selang kecil dan menggantungkannya di kusen rumah tepat di atas kolam.

Tanaman dan medium tanam

Biasa toko-toko tanaman hias menyediakan benih macam-macam sayuran: anda tinggal pilih sesuai selera: ada sawi, terong, kacang panjang, cabai, bayam, kangkung dengan harga di bawah Rp10.000. Di sana juga biasa ada pot-pot kecil Rp15.000-an dan busa medium tanam, harga tak lebih Rp10.000.

Kalau mau ngirit bisa menggunakan bekas gelas aqua yang dibolongi bagian bawah. Untuk medium tanam bisa menggunakan tanah atau pampers. Kalau pakai medium tanam pampers sebaiknya pot diisi separuh, karena begitu kena air ia mengembang.

Saya memilih menanam cabai, serai, lidah buaya, dan anggrek. Medium cabai campuran gabus dan tanah. Untuk anggrek saya menggunakan medium tanam sabut kelapa. Sabut saya taruh paling bawah dan membantu menyaring air yang masuk ke kolam.

 

Membuat rumah hijau dengan sistem aquaponic dan kolam ikan mini bukanlah impian. Foto: Imam Shofwan
Membuat rumah hijau dengan sistem aquaponic dan kolam ikan mini bukanlah impian. Foto: Imam Shofwan

 

Menyambungkan kolam dengan sayur mayur

Di pompa-pompa untuk kolam biasa ada dua saluran air keluar: besar dan kecil. Saluran besar sambungkan ke filter dan sambungkan saluran kecil ke pipa paling atas dan biarkan air mengalir ke pipa bagian bawah melalui selang kecil hingga ke pipa paling bawah. Karena pipa paling bawah berisi anggrek yang tak perlu banyak air, sebaiknya selang bisa dibuka tutup. Beri air sedikit, selebihnya buang langsung ke kolam.

Biasa, dalam proses ini sering tak sabar karena tanaman tak cepat tumbuh. Kalau aquaponic tanpa kolam ikan biasa gampang menumbuhkan dengan pupuk. Karena ada ikan– kalau dipupuk mati—jadi harus sedikit bersabar. Kuncinya, perakaran tanaman. Jika akar mulai keluar dari pot dan bisa mengakses air ia akan cepat tumbuh.

Mengajari anak berbagi

Selain mempercantik rumah kecil dan bernilai ekonomis dan menyejukkan mata, kolam hidroponic juga jadi sarana quality time bersama keluarga. Misal, saya mengajak anak memberi makan ikan pagi dan sore. Ia mengajari anak saya berbagi dengan ikan, kadang tetangga juga gabung memberi makan ikan. Saya rasa tak ada anak kecil yang tak suka melihat ikan berebut makanan.

Perlu diingat jangan terlalu banyak memberi makan ikan. Karena bisa bikin ikan kekenyakan dan kalau tidak dimakan bikin keruh kolam.

Lengkap sudah mimpi saya punya aquaponic yang bikin rumah kecil saya hijau.

 

Imam Shofwan/Pegiat Aquaponic di Tangerang

 

 

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,