Indonesia Climate Change Education Forum And Expo (ICCEFE) 2016 di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan berlangsung pada tanggal 14-17 April 2016. ICCEFE merupakan forum dan pameran perubahan iklim terbesar di Indonesia. Forum dan seminar ini memberi kesempatan untuk bertukar pandangan dan pengalaman mengenai pembaharuan isu perubahan iklim nasional dan global. ICCEFE menampilkan program edukasi, adaptasi, mitigasi perubahan iklim maupun produk/inovasi teknologi ramah lingkungan dalam upaya mengurangi emisi karbon.
Acara ini menjadi sarana promosi kemajuan aksi perubahan iklim di Indonesia dari seluruh pemangku kepentingan yang mencari solusi dari berbagai sektor menuju pembangunan rendah emisi karbon.
Aksi perubahan iklim ini pun didukung peran pemuda Indonesia dalam talkshow bertema “Peran Generasi Muda Dalam Mengendalikan Perubahan Iklim.” Talkshow ini berlangsung Jum’at, 15 April 2016, yang diisi oleh M. Akbar Rafasanjani dari Teens Go Green Indonesia (TGGI) dan Ahmad Baihaqi dari Biodiversity Warriors, Yayasan KEHATI.
TGGI merupakan organisasi pemuda di Indonesia dalam pengembangan minat, pengetahuan dan aksi cinta lingkungan dengan konsep edutainment dan sukarela.Sementara Biodiversity Warriors adalah gerakan anak-anak muda untuk melakukan perubahan dengan menjadi ksatria penyelamat dan penjaga keanekaragaman hayati di Indonesia.
Akbar menyampaikan informasi mengenai styrofoam yang ternyata membahayakan bagi kesehatan manusia dan lingkungan sekitar. Styrofoam mengandung polistirena foam, jika digunakan untuk mengemas makanan dalam suhu tinggi, memungkinkan monomer stirena berpindah ke makanan dan masuk tubuh manusia yang mengkonsumsinya. Dalam jangka waktu panjang, dampaknya berpengaruh pada sistem saraf pusat.
Kandungan polistirena foam dalam styrofoam dapat mencemari lingkungan karena sampah ini tidak dapat terurai di alam, jika ingin dihancurkan membutuhkan teknologi tinggi, mahal, dan menghasilkan gas beracun serta emisi karbon yang tinggi pula. TGGI mengajak pemuda Indonesia untuk tidak menggunakan styrofoam. “Styrofoam? No, thanks!” ujar Akbar.
Ahmad Baihaqi yang merupakan lulusan Fakultas Biologi Universitas Nasional, menjelaskan pentingnya generasi muda mendata keragaman hayati di lingkungan tempat tinggalnya. Keragaman hayati yang semakin menurun membuat keberadaannya, ditambah lagi dampak perubahan iklim, lambat laun akan membuatnya terganggu dan dapat mengalami kepunahan. Untuk itu, perlu dilakukan penanaman pohon sebagai penunjang hidup satwa liar.
Abay, panggilan akrab Ahmad Baihaqi, menjelaskan juga secara ara sederhana fungsi pohon bagi manusia sebagai tempat berteduh yang mungkin sudah banyak dilupakan orang. “Nasib keanekaragaman hayati ada di tangan kita, terlebih generasi muda. Ancaman perubahan iklim merupakan ancaman terbesar bagi keberlangsungan hidup keanekaragaman hayati,” jelas Abay.
Teens Go Green dan Biodiversity Warriors merupakan dua organisasi yang melibatkan pemuda Indonesia untuk peduli terhadap alam dan lingkungan sekitar dengan harapan alam sekitar menjadi lebih baik. Berlangsungnya talkshow di ICCEFE ini diharapkan dapat mengubah pandangan generasi muda mengenai pentingnya alam dan lingkungan sekitar yang terancam akibat perubahan iklim.
Hilda Silfia
Pusat Pengkajian Lingkungan dan
Konservasi Alam Fakultas Biologi UNAS