KUPANG, KOMPAS.com Laut Sawu di Nusa Tenggara Timur merupakan koridor migrasi paus-paus langka dunia. Kawasan perairan seluas 3,5 juta hektar itu juga menjadi tempat singgah dan berkembang biak mamalia lain selain paus, antara lain lumba-lumba, serta aneka burung laut.
Demikian hasil riset yang dirilis tim peneliti pimpinan Benjamin Kahn dari The Nature Conservancy (TNC) yang dipaparkan dalam rapat koordinasi pengelolaan Taman Nasional Perairan Laut Sawu, Jumat (1/11), di Kupang, NTT. Hadir antara lain Agus Darmawan, Direktur Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan (KKJI) dari Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir, dan Pulau-pulau Kecil (KP3K) Kementerian Kelautan dan Perikanan, Wakil Gubernur NTT Benny A Litelnoni, dan Asisten Operasi Komando Pangkalan Utama TNI AL VII Kupang Kolonel Sunarno Adi.
Menurut Benjamin, Laut Sawu kaya akan nutrisi yang dicari mamalia laut, seperti paus dan lumba-lumba. Di Sawu sering terjadi upwelling, yakni peristiwa naiknya massa air laut bersuhu dingin dari dasar perairan yang kaya nutrisi ke perairan di atasnya. Hal itu menyebabkan perairan Sawu memiliki produktivitas tinggi sehingga ikan banyak berkumpul di daerah ini. Upwelling juga membuat variasi suhu yang tinggi di perairan ini sehingga menjadikan Sawu tahan terhadap dampak dari pemanasan global, ujar Benjamin yang berasal dari Kanada.
Ia dan tim melakukan riset pada 20 September-14 Oktober 2013 di titik-titik acak di Laut Sawu yang meliputi 10 kabupaten di NTT. Penelitiannya menggunakan metode pengamatan dan penelitian sinyal sonar yang terdengar dari dalam laut.
Tim Benjamin mendapati 10 paus langka yang sinyal sonarnya tertangkap oleh radar serta wujudnya menampakkan diri selama pengamatan acak di lapangan. Salah satunya yang mengejutkan ialah terdeteksinya paus biru (blue whale) yang secara internasional sudah terancam punah (endangered). Sembilan mamalia lain yang terdeteksi ialah paus sperma (sperm whale), paus bongkok (humpback whale), paus pembunuh palsu (false killer whale), paus kepala semangka (melon-headed whale), lumba-lumba abu-abu (rissos dolphin), lumba-lumba fraser (frasers dolphin), lumba-lumba paruh panjang (spinner dolphin), lumba-lumba totol (pan-tropical spotted dolphin), dan lumba-lumba hidung botol (bottlenose dolphin).
Wakil Gubernur NTT Benny A Litelnoni meminta pemerintah pusat segera mempercepat pengesahan Laut Sawu sebagai Taman Nasional Perairan (TNP) di Indonesia. Laut itu sudah dicadangkan sebagai TNP oleh Menteri Kelautan dan Perikanan pada Mei 2009 di Manado, Sulawesi Utara. Namun, hingga kini pengesahan status TNP itu belum dilakukan.
Untuk keperluan riset TNP, sejak tahun 2012 telah dibentuk Dewan Konservasi Perairan yang bertugas menyosialisasikan aturan konservasi dan menjembatani harapan masyarakat pesisir Laut Sawu dengan kebijakan konservasi pemerintah.
Menurut Agus, syarat pengesahan Laut Sawu sebagai TNP sudah lengkap. Secepatnya akan disampaikan ke menteri. Saya harap bisa diumumkan saat perayaan Hari Nusantara, pertengahan Desember, katanya. (rek)http://kom.ps/AFaaUz