Kampus teknik pun peduli peduli perubahan iklim

Dampak Perubahan Iklim

Perubahan iklim global dewasa ini sudah mulai kita rasakan dampaknya. Salah satu penyebabnya adalah meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer. CO2 merupakan salah satu dari gas rumah kaca, dimana gas ini merupakan gas paling dominan dan besar pengaruhnya terhadap pemanasan global. Indonesia sendiri merupakan penyumbang CO2 terbesar ketiga di dunia (Wetland International, 2006) dengan emisi sekitar 10% dari total emisi CO2 di dunia.

Meningkatnya konsentrasi CO2 disebabkan oleh berbagai faktor yang salah satu faktor utamanya adalah semakin berkurangnya penyerap CO2 yang berkaitan dengan ketersediaan lahan hijau dan semakin besarnya emisi karbon. Emisi ini dapat timbul dari pembakaran bahan bakar kendaraan bermotor, beban listrik (energi) yang digunakan, bangunan, serta limbah maupun sampah yang kita produksi setiap harinya.

Gambar 1. Meningkatnya volume kendaraan di salah satu jalan di Surabaya.

(sumber: Joss/Herman Dewantoro)

Sejarah singkat

United Nations Environment Programme (UNEP) mencatat Indonesia merupakan negara yang paling rentan di Asia terhadap dampak negatif perubahan iklim. Upaya masyarakat internasional menghadapi fenomena perubahan iklim dimulai sejak ditandatanganinya United Nation Framework Convension on Climate Change (UNFCC) tahun 1992 di Rio de Jeneiro, Brasil. Tiga setelah itu, diadakan Conference of Parties (COP) pertama di Berlin, Jerman. Pada COP ke-3 tahun 1997 di Kyoto, Jepang, para pihak (terutama negara-negara maju atau industry) sepakat untuk menurunkan sebesar 5% di bawah tingkat emis di tahun 1990.

Upaya di Indonesia

Indonesia berkomitmen untuk menurunkan tingkat emisinya sebesar 26% pada tahun 2020 dengan upaya-upaya sendiri dan sampai dengan 41% dengan dukungan Interasional dari tingkat emisi berdasarkan skenario Bussiness As Usual (BAU). Sebagai tindak lanjut dari komitmen ini, Indonesia telah menerbitkan dua Peraturan Presiden (Perpes), yaitu Perpes no. 61 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAN-GRK) dan Perpes no. 71 tentang Penyelenggaraan Inventarisasi Gas Rumah Kaca (GRK) Nasional.

Indonesia juga merupakan salah stau dari Sembilan percontohan (pilot countries) untuk penerapan Reduced Emission from Deforestations and Degradation plus (REDD+) di bawah program United Nations Collaboration Programme on Reducing Emission from Deforestation and Forest Degradation (UN-REDD).

Mahasiswa pun turut berpartisipasi

Salah satu kelompok mahasiswa peduli lingkungan di Surabaya yang bernama PLH SIKLUS ITS (Pecinta Lingkungan Hidup SIKLUS Insititut Teknologi Sepuluh Nopember) pun turut andil dalam konservasi udara dengan cara melakukan perhitungan karbon di kampus tersebut. Di mulai dengan mengadakan sekolah karbon, mahasiswa ITS yang mayoritas jurusan teknik pun belajar dari nol dengan mengundang ahli kehutanan di Indonesia di tahun 2013-2014. Dari kegiatan tersebut diperoleh data serapan karbon serta emisi karbon yang berguna untuk menganalisis seberapa besar kampus mereka berkontribusi dalam penurunan emisi karbon.

1412485_615955281780514_836112343_o

1382187_615954365113939_270388898_n

Gambar 2. Anggota SIKLUS belajar di sekolah karbon

Dalam perjalanannya, kelompok mahasiswa ini menerbitkan tiga buku yang berjudul “Buku DIKTAT Perhitungan Serapan dan Emisi Karbon”, “Karbon@ITS”, dan “DATA KARBON (Kumpulan Data Hasil Perhitungan Karbon)”. Buku ini diharapkan mampu memberikan gambaran awal kepada seluruh civitas akademika ITS mengenai kondisi lingkungan yang ada di kampus ITS saat ini. Bagi yang ingin belajar bagaimana menghitungnya pun ada di buku tersebut. Lebih jauh lagi, mereka berharap buku ini dapat dijadikan salah satu pertimbangan dalam membuat kebijakan– kebijakan terkait lingkungan di kampus ITS ke depannya.

data

Gambar 3. Buku Carbon@ITS

Download buku:

  1. BUKU DIKTAT Perhitungan Serapan dan Emisi Karbon
  2. Karbon@ITS
  3. DATA KARBON (Kumpulan Data Hasil Perhitungan Karbon)

Sumber : http://siklus.lmb.its.ac.id/

Artikel yang diterbitkan oleh