Tepat di sudut sungai terbesar di Kalimantan Timur,terdapat sebuah kampung yang mungkin tidak semua masyarakat mengetahui kampung ini.
Namanya Loa Deras,tepatnya di Kabupaten Kutai Barat,namun berbatasan langsung dengan Kutai Kartanegara.
Sambil mendengarkan lagu “Tanah Airku” ,saya mencoba mengingat kembali beberapa sweet memories selama 5 hari disana,mudah-mudahan feel nya sampai ke pembaca ya.
Memulai Perjalanan dari Samarinda,saya bersama 3 teman lainnya berangkat naik bus tujuan Kota Bangun,perjalanan ditempuh selama 4 jam. Tiba di Kota Bangun,kami melanjutkan perjalanan menuju Loa Deras dengan speed boat selama 2 jam,jadi kurang lebih perjalanan 6 jam dari Samarinda-Loa Deras.
Tiba disana,kami disambut oleh nenek dari teman saya,karena beliau juga orang asli disitu.
Pikiran awal saya ketika tiba ”Wih di pinggir sungai gini ada kampung juga ternyata”,dan benar saja,kampung Loa Deras ini tidak bersentuhan langsung dengan tanah karena air menggenang didepan bahkan dibawah rumah.
Bentuknya rumah panggung,jalannya pun dilapis jembatan ulin yang tinggi. Yang saya kagum adalah rata rata hampir semua rumah,jembatan dan fasilitas disana terbuat dari Kayu Ulin,WAW!!
Kayu ulin yang sangat jarang dan langka ditemukan di Samarinda serta kota kota lainnya,di sini masih tersedia,keren!
Oh iya,untuk bahasa sehari hari disini tentu menggunakan bahasa Kutai,mulai dari anak-anak hingga dewasa. Saya cukup bingung sebenarnya memahami,karena saya bukan orang Kutai,melainkan asli Batak (jauh) hehe
Berbicara tentang keadaan alam disini,saya bisa mengatakan Kampung Loa Deras ini masih sangat alami,satwa satwa asli Kalimantan pun masih tersedia,seperti Kucing Hutan,Burung Enggang,
Di Kampung ini belum tersambung listrik dari PLN,jadi masyarakat swadaya menggunakan genset yang nyala pada pukul 18.00-23.00,setiap hari tidak terkecuali hari Minggu maupun Hari Libur Nasional.
Hampir setiap hari saya dan teman teman berkeliling kampung,karena memang bentuk kampung ini linear,hanya selurus jalan beberapa kilometer dan rumah nenek tempat kami tinggal pun paling hilir alias paling ujung,bersebelahan langsung dengan hutan.
Pemandangan yang sangat menyentuh batin saya adalah bagaimana masyarakat mampu hidup berdampingan dengan alam,tidak saling mengganggu satu sama lain,saling memberi dan memberi.
Tidak perlu menjadi pejabat atau bos untuk menjadi bahagia,cukup dengan mampu mnyekolahkan anak hingga tinggi,bisa makan dan keluarga selalu sehat. Itu prinsip kebahagiaan mereka,simple toh?
Saat sore biasanya warga akan sibuk memancing ikan,membuat gula aren dengan bambu dan tungku,mencuci baju,dan ada yang bercengkerama satu sama lain. Tidak terlihat sama sekali individualisme masyarakat Loa Deras seperti yang terjadi di Kota saat ini.
Yang menarik adalah,masyarakat disana tidak pernah berburu burung,monyet dan satwa disana. Justru mereka senang dengan kehadiran satwa satwa langka yang setiap pagi atau sore lewat di kampung itu,sangat indah kan?
Sebagian besar masyarakat bekerja sebagai nelayan dengan kerambah atau tambak,dimana ikan hasil tangkapan dijual ke Melak dengan harga yang murah,dan ketika di Melak saya sangat yakin harga ikan mahal,apalagi di Samarinda.
Loa Deras,dengan kesederhanaan dan keramahan masyarakat,kesederhanaan mereka yang senang hidup berdampingan dengan alam membuat saya sangat ingin kembali ke desa ini,hidup tenang,asri dan bermasyarakat,yang tidak saya dapatkan ketika di Samarinda.
Yang sangat menggangu mata saya adalah lewatnya tongkang – tongkang batubara yang sering lewat di depan desa ini,mulai pagi hingga pagi lagi.
Saya berharap,1 tahun,5 tahun,10 tahun dan selamanya jangan sampai hutan kampung ini dibuka untuk kepentingan industri. Cukuplah kota kota lain yang sudah merasakan “ditelanjangi” oleh pertambangan,perkebunan dan berbagai macam industri,jangan di Loa Deras.
Itulah sedikit cerita dari sisi kampung,desa yang tidak semua orang mengetahui keberadaanya. Mari lindungi habitat habitat asli Kalimantan Timur,karena di bumi ini tidak hanya manusia yang hidup di dalamnya. Ada hewan dan tumbuhan yang harus kita lindungi.
Jikalau ada waktu,mari berkunjung ke kampung Loa Deras,Kecamatan Penyinggahan ini. Nikmati berenang langsung di sungai Mahakam,memancing ikan “gegok” dan ikan lainnya,melihat enggang terbang dengan indah,hutan yang masih asli dan berbagai macam keindahan alam-masyarakat lainnya.
Sebagai calon penulis amatir yang tidak punya keahlian sama sekali,saya mohon maaf jika tulisan ini membosankan,flat,jelek dan lain lain. Saya hanya mencoba memperkenalkan sisi sisi desa di Kaltim yang masih belum diketahui masyarakat dengan cara sederhana.
Lestarikan Kaltimku,Kaltimmu,Kaltim Kita Semua!!
Salam Lestari!