, ,

Berkebun, Liburan ala Siswa SMAN 6 Banjarmasin #LiburanHijau

Liburan merupakan suatu hal yang selalu ditunggu-tunggu oleh setiap orang. Namun siapa yang dapat menyangka bahwa liburan tidak hanya identik dengan rekreasi ke luar kota atau tempat wisata. Bercocok tanam di sekolah ternyata dapat pula menjadi kegiatan positif mengisi liburan yang cukup menarik.

berkebun di pekarangan sekolahBANJARMASIN – Puluhan siswa-siswi salah satu sekolah menegah atas di Kota Banjarmasin memiliki suatu cara unik untuk mengisi waktu liburan sekolah. Seperti yang dilakukan puluhan siswa SMA Negeri 6 Banjarmasin yang tergabung dalam ekstrakulikuler Kelompok Ilmiah Remaja (KIR).

Menurut Muhammad Rifani, ketua KIR, bahwa kegiatan ini tidak hanya sekedar untuk mengisi waktu liburan sekolah saja, namun juga memiliki tujuan lainnya. “Kegiatan berkebun yang kami lakukan ini sangat baik untuk penghijauan di sekolah, sehingga membuat suasana belajar menjadi semakin nyaman”, kata Rifani.

Berkebun di perkotaan atau disebut juga urban farming adalah kegiatan pertanian yang dilakukan dengan memanfaatkan lahan sempit di perkotaan. Kegiatan Urban farming muncul sebagai jawaban atas kegelisahan masyarakat menyikapi semakin terbatasnya lahan di kota-kota besar. Akibat minimnya kawasan hijau di daerah perkotaan menyebabkan tingkat polusi yang semakin parah dan membuat kota semakin gersang.

Urban farming atau pertanian perkotaan mencakup kegiatan produksi, pengolahan, dan distribusi beragam bahan pangan, termasuk sayuran dan produk peternakan di wilayah perkotaan, menurut Baugmgartner dan Belevi dalam bukunya yang berjudul “A Systematic Overview of Urban Agriculture in Developing Countries” yang terbit pada tahun 2001.

Sejarah perkembangan urban farming adalah dengan adanya taman gantung Babylonia. Beberapa abad kemudian urban farming berkembang di pemukiman Machu Picchu, di mana sampah-sampah rumah tangga dikumpulkan menjadi satuuntuk dijadikan pupuk dan memanfaatkan air buangan di kota sebagai sumber pengairan melalui sistem drainase.

Faktanya, saat ini pertanian telah menyebar di kota-kota. Pada tahun 2008, PBB memperkirakan terdapat lebih dari 800 juta orang terlibat dalam kegiatan urban farming, dengan mayoritas kota-kota di Asia. Dari jumlah ini, 200 juta orang memproduksi untuk dijual, sementara sebagain besar lainnya hanya untuk mencukupi kebutuhannya sendiri. Hasil survei yang dilakukan oleh PBB pada tahun 2008, kota-kota di dunia rata-rata menghasilkan sepertiga dari total pangan yang dibutuhkan oleh penduduk kota. Angka ini dapat berubah seiring dengan perubahan jumlah penduduk dan perkembangan urban farming

Berdasarkan berita yang dirilis oleh CBS News berdasarkan pernyataan Departemen Pertanian Amerika Serikat (U.S. Department Agriculture) pada Februari 2012 menyatakan bahwa 15% bahan pangan di dunia ditanam di daerah perkotaan.

green houseKegiatan urban farming di SMA Negeri 6 Banjarmasin telah dimulai sejak tahun 2008. Pencetusnya adalah Drs. Kaberi, M.Pd, seorang guru mata pelajaran biologi yang juga aktif mengajar di berbagai kampus swasta di kota Banjarmasin. Menurut beliau kegiatan berkebun di sekolah ini merupakan salah satu upaya untuk membuat SMA Negeri 6 Banjarmasin semakin hijau dan juga mempermudah siswa-siswi SMA Negeri 6 Banjarmasin dalam belajar bercocok tanam.

Hal senada juga disampaikan oleh Siti Hadijah, S.Pd, selaku guru SMA Negeri 6 Banjarmasin yang ikut memandu para siswa-siswi SMA Negeri 6 Banjarmasin dalam melakukan kegiatan urban farming. “Semenjak kegiatan urban farming ini rutin diselenggarakan, siswa-siswi SMA Negeri 6 Banjarmasin lebih peka terhadap kelestarian lingkungan di sekitarnya”, ujar guru yang kerap disapa Ibu dj ini.

Dengan adanya kegiatan ini menunjukkan bahwa SMA Negeri 6 Banjarmasin tidak hanya berfokus pada proses pembelajaran yang memang merupakan tujuan sentral lembaga pendidikan, tetapi juga mendidik siswa agar mereka memiliki kepekaan dan kepedulian terhadap lingkungan baik di sekolah, di rumah, maupun di masyarakat. Ketika siswa tidak dilatih untuk berempati pada lingkungan dan hanya mengutamakan belajar, tidak menutup kemungkinan mereka kelak akan menjadi manusia-manusia apatis yang kering dari kepedulian terhadap kelestarian lingkungan hidup yang nota bene menjadi tempat dimana manusia menghabiskan hidupnya.

Menurut Novi, salah satu anggota KIR SMA Negeri 6 Banjarmasin yang ditemui saat kegiatan urban farming berlangsung di SMA Negeri 6 Banjarmasin mengatakan, kegiatan ini sangat menyenangkan karena banyak siswa yang ikut berpartisipasi, selain itu juga dapat menambah pengalaman dalam bercocok tanam.

Lain halnya dengan Cahaya Murni, dia mengaku awalnya tidak begitu tertarik dengan kegiatan urban farming yang dilakukan di SMA Negeri 6 Banjarmasin. Namun setelah mendengar cerita dari teman-temannya tentang kegiatan urban farming yang dilakukan, mendorongnya untuk bergabung. ”Setelah bergabung ternyata menyenangkan juga, apalagi setelah tau bahwa sekolah kami mengikuti kegiatan bergengsi seperti Sekolah Adiwiyata. Selain itu kami sudah seperti keluarga”, kata siswi kelas XI IPA 2 ini dengan penuh semangat.

kebun sekolahDalam kegiatan yang berlangsung selama 2 jam tersebut, berhasil ditanam ratusan bibit sayur-sayuran seperti bayam, terong, pare, cabe, tomat, dan kacang panjang yang tersebar di pekarangan SMA Negeri 6 Banjarmasin. Jenis sayuran tersebut dipilih karena memiliki waktu panen yang relatif singkat sekitar 25-50 hari. Untuk sayur bayam ditanam di dalam green house sekolah, hal ini dilakukan untuk memudahkan dalam mengontrol intensitas air siraman.

Menurut Muhammad Rifani selaku Ketua KIR SMA Negeri 6 Banjarmasin, kegiatan berkebun yang dilakukan di SMA Negeri 6 Banjarmasin ini dilakukan rutin setiap seminggu sekali, namun untuk penyiraman tanaman dilakukan secara terjadwal oleh siswa-siswi yang aktif di ekstrakulikuler KIR. “Selain kegiatan berkebun di sekolah kami juga mempunyai kegiatan lain, seperti membuat kompos, mengolah limbah anorganik menjadi kerajinan hasta karya, menyosialisasikan kegiatan pelestarian lingkungan ke sekolah-sekolah sekitar, dan sebagainya,” ujar Rifani.

Sayuran yang ditanam di SMA Negeri 6 Banjarmasin menggunakan kompos organik yang berasal dari sampah-sampah organik yang ada di lingkungan sekolah. Kompos tersebut dibuat oleh KIR SMA Negeri 6 Banjarmasin melalui proses pengomposan yang berlangsung selama 3-4 bulan. Sehingga sayuran yang dihasilkan adalah sayur organik.

panenpanen bayamMenurut Sasmiati, salah satu guru SMA Negeri 6 Banjarmasin yang ikut andil bagian dalam kegiatan berkebun di sekolah menyatakan bahwa, hasil panen yang diperoleh dari kegiatan berkebun di sekolah ini cukup banyak. ”Setiap kali panen dari hasil urban farming di SMA Negeri 6 Banjarmasin ini diperoleh sekitar 50 ikat sayur bayam dan kurang lebih 10 kilogram sayur-sayuran yang terdiri dari terong, pare, cabe, tomat, dan kacang panjang. Dari hasil panen ini nantinya akan dijual kepada guru, siswa, dan karyawan dengan harga murah, kemudian hasil penjualan dapat digunakan untuk keberlanjutan biaya operasional,” kata guru yang biasa dipanggil Ibu Sas ini.

Meskipun kegiatan ini terlihat sukses, namun tetap saja ada kendala yang dihadapi oleh para kader lingkungan SMA Negeri 6 Banjarmasin ini dalam kegiatan berkebun di sekolah. Salah satu kendala yang dihadapi adalah ulah tangan manusia yang sering usil. Sehingga menyebabkan beberapa tanaman menjadi rusak, kemudian sayur-sayuran yang belum waktunya untuk dipanen sudah dipetik sebelum waktunya.

Diceritakan oleh Ibu Nina Sri Wahyuni, selaku pembina Kelompok Ilmiah Remaja SMA Negeri 6 Banjarmasin, bahwa sayur-sayuran yang ditanam ini akan menjadi contoh pembelajaran bagi siswa lainnya. “Dengan adanya sayuran yang kami tanam ini, tentunya akan memudahkan siswa lain untuk melakukan hal serupa. Sehingga nantinya akan semakin banyak kader-kader lingkungan yang dihasilkan oleh SMA Negeri 6 Banjarmasin,” ujar Ibu Nina.

Di sadari atau tidak, ada banyak alasan mengapa urban farming sangat dianjurkan. Hanya saja, persoalan komunikasi dan informasi sering jadi alasan mengapa hanya sedikit orang yang melakukannya. Padahal setiap orang pasti menginginkan lingkungan yang sehat. Beberapa manfaat yang didapat dari urban farming adalah :

Pertama adalah untuk menyegarkan udara yang ada di sekeliling kita. Pasalnya, tanaman berfungsi untuk menghisap karbondioksida (bahan polutan) dan mengeluarkan oksigen.

Kedua, bercocok tanam di perkotaan akan memenuhi kebutuhan pangan, khsusunya sayur-sayuran dan buah-buahan dengan kondisi yang terjamin. Kebanyakan produksi sayur dan buah yang dihasilkan dari urban farming menggunakan pupuk organik yang tidak meninggalkan residu di tubuh.

Ketiga, berkebun dapat menyegarkan mata dan pikiran. Jika sedang penat, kita bisa keluar untuk menikmati pemandangan hijau yang tersaji di depan mata.

Keempat, makanan hasil urban farming ternyata lebih bercitarasa. Mereka yang telah mempraktekkan bercocok tanam di perkotaan mengatakan bahwa ini memberi kepuasan tersendiri bagi mereka. Seperti banyak hobi bermanfaat yang lain, para petani perkotaan mendapatkan bahwa bercocok tanam telah memberi sebuah nilai tambah pada mereka terlepas dari manfaat pokok yang diberikan.

Kelima, yng tidak kalah berharga adalah, kita dapat membantu mengurangi laju pemanasan global. Berkebun adalah hal yang sepele namun manfaatnya segudang.

Keenam, kegiatan berkebun di kota akan mengurangi biaya yang dikeluarkan untuk transportasi ketika memindahkan produk tersebut dari pedesaan. Artinya, kita juga akan menghemat penggunaan bahan bakar minyak (BBM) dalam jangka panjang.

Melakukan urban farming tidaklah sulit. Yang perlu anda miliki adalah sepetak tanah kosong atau pot sebagai media tanam. Apabila ingin menanam tanaman di dalam pot maka siapkan pot sesuai dengan kebutuhan atau usahakan memanfaatkan botol bekas sebagai pot. Hal lain yang juga harus dipersiapkan adalah bibit tanaman. Bibit sayuran ini bisa anda beli di toko tanaman dengan murah. Pilihlah jenis tanaman yang mudah tumbuh, seperti bayam, kankung, terong, tomat, cabe, dan kacang panjang.

Persiapan lain yang juga tak kalah penting adalah pupuk. Gunakanlah pupuk alami yaitu pupuk kandang atau kompos, karena dengan menggunakan pupuk alami maka tanaman yang ditanam memiliki tingkat kesehatan yang lebih baik.

Jika persiapan sudah, maka yang harus dilakukan adalah mempersiapkan pembibitan. Pertama, gemburkan dulu tanah yang akan menjadi tempat menanam bibit, tanah tempat pembibitan dapat dicampur dengan sedikit pupuk organik untuk meningkatkan kesuburan tanah. Setelah itu masukkan bibit ke dalam tanah, kemudian berikan siraman air agar bibit mendapatkan nutrisi. Lalu, anda tinggal menunggu sampai bibit berubah menjadi tumbuhan baru yang kecil dan lama-kelamaan akan tumbuh menjadi tumbuhan yang besar dan suatu saat nanti dapat anda panen.

Sudahkah anda melakukan urban farming? Mari mulai lah urban farming dari diri kita sendiri! Karena akan banyak sekali manfaat yang didapatkan dari kegiatan ini. Kemudian ajaklah orang lain untuk melakukan hal serupa.

 

Artikel terkait:

Mongabay Indonesia, 25 Mei 2012: http://www.mongabay.co.id/2012/05/25/reisa-kartikasari-perusakan-dan-pencemaran-lingkungan-masalah-mendasar-indonesia/

Artikel yang diterbitkan oleh