,

Anggrek, Zamrud Indonesia #LiburanHijau

Awalnya dari iseng main ke sebuah toko buku di Bandung. Coba menyusuri satu persatu rak favorit dari komik sampai bacaan serius. Di tengah – tengah pengamatan, tiba – tiba mata tertarik melihat sebuah buku.

Kata pertama yang terucap: WOW. Baru lihat ada buku beginian di toko buku umum. Sempat berpikir kalau itu sebetulnya hanya sekedar katalog tanaman pada umumnya. Tapi peribahasa “Don’t judge a book from it’s cover” memang harus diterapkan secara denotasi, isi buku tersebut begitu detail seperti ensiklopedia edisi khusus, dari foto, gambaran umum tentang anggrek,morfologi bunga, habitat, dan klasifikasi. Bahkan sebagai seorang mahasiswa Biologi yang sangat mencintai botani, saya rasa buku ini dijadikan buku ini salah satu bahan referensi daftar pustaka untuk membuat jurnal. Yap! Buku ini salah satu karya ilmiah popular, ringan dibaca, tapi juga cukup berbobot karena penuh dengan inspirasi. Namanya juga mahasiswa, begitu mau membeli barang, harga juga menjadi poin penting. Ooow! Harganya kurang bersahabat dengan kantong bung, hahahaha. Well, mari kita menabung dulu. Syukur, kurang dari dua bulan kemudian akhirnya bisa membeli ensiklopedia tersebut.

Dasarnya saya orang visual, pertama kali memiliki buku tersebut secara utuh langsung melihat – lihat foto anggrek dan membaca sekilas tiap artikel sampai habis. Okey,buku ini sangat memacu adrenalin, sampai mendorong hati saya untuk mendatangi langsung tempat anggrek – anggrek ini difoto. Ada 2 hal yang membuat saya nekat melakukan hal tersebut:

  1. Saya cukup tertarik dengan anggrek yang merupakan tanaman kuat –umumnya mampu bertahan di segala cuaca–, tapi sangat cantik saat berbunga. Di kalangan botanis dunia pun, mereka memperlakukan anggrek begitu istimewa karena keanekaragaman – nya yang menakjubkan!
  2. Pemilik anggrek – anggrek tersebut ternyata sama dengan orangmenulis buku ini, beliaubernama Mazna Hashim Assagaf. Tidak biasa seorang yang memilikinurseryanggrek mau menulis sebuah buku berisi detail – detail tiap tanaman. Dari sudut pandang pembaca, saya merasa Bu Mazna ini bukan sekedar orang yang menjual produk kebunnya, tetapi beliau juga sangat menyukai anggrek dan ingin membagi ilmunya kepada masyarakat luas. Kalau ada pepatah “Choose a major you love and you will never have to study in your life“, beliau merupakan teladan nyata. Kerja dan hobi jalan secara bersamaan seperti itu, merupakan cara hidup yang ideal buat saya. Intinya, saya sangat ingin mencoba bertukar pikiran dengan beliau.

Mari kita mulai kontak orang yang dituju, atur – atur jadwal, transportasi dan tentunya belajar sedikit tentang buku anggrek tersebut. Akhirnya hari keberangkatan yaitu Jumat, 5 juli 2013, tiba juga. Dengan menggunakan kendaraan pribadi dan gps, saya dan tiga teman orang saya akhirnya berangkat ke tempat tujuan. Alamat nurseryyang tertulis di buku pun hanya Cimande. Yak, mari kita uji kehebatan teknologigps!Setelah dicari – cari, ternyata tempat itu di daerah Sukabumi yang berbatasandengan Bogor. Pukul 05.15, kami sudah memasuki gerbang tol menuju Bogor. Macet di beberapa titik sepanjang merupakan hal yang lumrah, apalagi hari ini terhitung weekend. Kurang lebih pukul 11.00 sampai di jalan Cimande, kami langsung tanya – tanya ke warga sekitar tentang keberadaannurserytersebut. Ulalala~ ternyata masih naik jauh ke atas, dan semakin kami mengikuti petunjuk dari warga, intensitas manusia yang ditemui sepanjang jalan juga makin sedikit. Sebelum sinyal juga makin sedikit, akhirnya kami memutuskan untuk menelepon Bu Mazna langsung untuk minta petunjuk tempat. Fuh! hampir sejam, ya buat sampai ke tempat tujuan dengan selamat. Jalannya lumayan bagus kok, hanya sempit itu yang bikin was – was kalau kebetulan bertemu dengan kendaraan yang berlawanan arah.

1000759_3197841721044_181473160_n
dokumentasi pribadi

Itu, rumah panggung coklat di belakang sawah, merupakan letaknursery tujuan kami,bernamaMoon’s Orchid.Layaknya tamu kami datang, mengucapkan salam dan mengenalkan diri satu persatu. Sayang sekali waktu itu tidak sempat berfoto dengan Bu Mazna. Langsung saja saya menyampaikan niat saya ke sana yaitu untuk belajar tentang anggrek dan membeli salah satu anggrek untuk hadiah ulang tahun mama saya, 21 Juli. Kemudian, beliau mengizinkan kami untuk memilih langsung anggrek yang ingin dibeli di green house. Aaaaa Welcome to the jungle, dude!Green house –nya sangat lembap, hijau, segar, dan ramai dengan anggrek. Dengan kerangka utamanya dari besi dan paranet hitam sebagai dinding serta atap. Tidak salah kalau anggrek – anggrek yang di sana tumbuh dengan baik karena kondisi di tempat itu memang sangat mirip habitat aslinya, banyak lumut, pasti juga banyak mykoriza. Demi apapun, bagi kolektor anggrek mungkin tempat ini merupakan salah satu ladang bermain yang menyenangkan!

947183_3197832440812_33698039_n
dokumentasi pribadi
1044976_3197840561015_944965335_n
dokumentasi pribadi

Karena tidak biasa ke tempat ini, yang paling harus diperhatikan itu adalah lantainya yang berasal dari paving dan mulai berselimutkan bantalan lumut,sobakal licin dan bisa kepleset kalau kurang awas!Di sini, bermacam – macam anggrek tropis tersedia. Ada anggrek – anggrek yang cukup besar dengan bunganya yang tidak kalah menarik, anggrek dengan bermacam – macam warna di mahkotanya, anggrek dengan bunga kecil – kecil cerah, anggrek yang bunganya cukup harum, ada juga anggrek yang hanya batangnya saja tapi bisa punya bunga, dan masih banyak kawan – kawannya yang lain.

 

1014427_3197835120879_1925179928_n
dokumentasi pribadi: anggrek vanda
998359_3197839000976_103777843_n
dolumentasi pribadi: pot tanah liat

Kalau dilihat lebih rinci lagi, ternyata sang pemilik cukup mengistimewakan beberapa jenis anggrek seperti anggrek jenis vanda. Kalau setelah baca penjelasan di buku, wajar saja hal itu dilakukan karena selain warna bunganya sangat beragam,anakan dari vanda ini cukup susah didapatkan. Untuk berkembang biak, umumnya didapat dari biji, hanya sebagian kecil yang didapat dari anakan yang muncul secaravegetatifdi akar. Dan tidak seperti anggrek – anggrek yang lain, jenis vanda ini dirawat dengan cara tergantung tanpa pot di bagian bawah, jadi akarnya dibiarkan begitu saja terurai ke bawah. Nah, kalau yang anggrek bukan vanda biasanya ditaruh di pot – pot tanah liat gitu, katanya sih pot yang seperti itu lebih mudah untuk menjaga kelembapan tanaman dan lebih stabil bila tanaman terkena goncangan. Selain itu, pot tanah liat memang lebih berat, tapi jika dilihat dari segi ekonomi, dia jauh lebih murah dari pot plastik. Apabila kita berpikir ke depannya lagi, pot dari tanah liat ini cukup ramah lingkungan karena plasticless.

Mondar – mandir, anggrek di tiap sudutgreen housesaya perhatikan dengan cermat untuk memilih yang paling pas untuk dijadikan hadiah ulang tahun. Bukan sekedar karena warna bunganya yang bagus, kemudian dipilih, dan selesai, tapi perlu diperhatikan juga kemampuan bagasi kendaraan cukup atau tidak, apabila dibawa ke daerah yang cukup panas (tempat mama saya tinggal) masih bisa bertahan atau tidak, perawatan susah atau gampang, dan yang sepele tapi cukup penting adalah usia bunga tanaman, jangan sampai saat diberikan bunganya layu. Setelah beberapa poin tersebut terpenuhi, barulah saya mulai melirik warna dan bentuk bunga yang pas dengan selera mama. Yes, I am a picky people!Teman – teman saya sampai hampir mati bosan menunggu saya memilih mau anggrek yang mana, karena ya itu – itu saja yang dipegang, tapi tidak bisa segera memutuskan. Hadiah untuk orang istimewa, prosesnya juga harus istimewa dong, hehehehe. Sekitar pukul 12.30 saya barus elesai memilih danVoila!Saya pilih yang ini

1005277_3197829960750_361956420_n
dokumentasi pribadi
995397_3197826880673_2025189449_n
dokumentasi pribadi

Namanya Miltassia Royal Robe. Anggrek yang asalnya dari daerah tropis, Brazil, ini cukup menarik mata karena bentuk mahkotanya yang seperti bintang dengan warna ungu elegan. Dan saat ditanyakan kepada sang empunya, anggrek ini sangat mudah untuk dirawat dan rajin berbunga. Ahahaha, pas sekali untuk mama saya!

Setelah selesai memilih, kami terlibat bincang – bincang dengan sang pemiliknursery.Pembicaraan dibuka saat beliau bercerita tentang awal mula berdirinya “rumah” anggrek ini. Jadi, memang awalnya beliau ini hanya dari hobi menanam anggrek di halaman rumah sendiri di Jakarta, bahkan halaman kecil sekalipun juga beliau penuhi dengan macam – macam anggrek. Kemudian beliau pindah ke rumah yang lebih besar, otomatis kebun anggrek pun juga ikut meluas. Ada sebagian anggrek yang menjadi koleksi pribadi, ada juga yang dijual supaya kebunnya tidak semakin penuh dan produktif. Karena cintanya terhadap anggrek, akhirnya Bu Mazna memilih untuk membuat kebunnya lebih besar lagi, yaitu di daerah Cimande ini. Dengan begitu anggrek – anggrek tersebut dan diperlakukan secara spesial di sebuahgreen house.

Jika bicara lebih jauh lagi, saya menyatakan kepada beliau bahwa saya sangat terinspirasi dengan kebun yang ibu miliki karena nilaiconserving –nya juga terlihat dan saya semakin ingin mewujudkan impian saya untuk mendirikan sebuah botanical gardenkhusus tanaman – tanaman spesies langka yang bisa dinikmati oleh orang banyak nantinya, syukur – syukur bisa jadi sarana pembelajaran. Semacam kasihan sama generasi – generasi 25 tahun lagi yang mungkin tidak bisa melihat tanaman – tanaman langka seperti Anggrek Tebu karena deforestasi yang semakin meningkat. Salah satu bentuk warisan untuk anak – cucu kita nanti mungkin ya ini biodiversitas Indonesia, bukan malah uang triliunan rupiah sehingga bisa beli ini itu. Tidak bisa kita mengesampingkan eksistensi hewan dan tumbuhan demi kesejahteraan manusia saja, coba pikir lebih jauh lagi.That’s sounds higly idealist, isn’t it? Terserah orang mau bilang apa, mumpung masih muda, idealisme lagi tinggi – tingginya kenapa tidak?

Beberapa pesan yang ibu sampaikan kepada saya dan teman – teman adalah generasi muda seperti kami inilah yang nanti akan memanggul beban Indonesia dan isinya. Jangan biarkan pembalakan hutan besar – besaran terus terjadi di Indonesia hanya untuk memenuhi kocek sebagian kalangan masyarakat saja, coba pikirkan dapat lanjutnya. Kita tinggal di Indonesia, dari Sabang sampai Merauke setiap pulaunya selalu terdapat hujan hujan tropis yang merupakan tempat tinggal sebagian besar spesies anggrek dunia, namun mengapa kita tidak bisa mengelola warisan berharga dari nenek moyang kita itu? Coba kalau kita cari cara supaya nilai anggrek di Indonesia dapat ditingkatkan, sehingga orang – orang itu tidak sembarangan menebang hutan. Sudah berkali – kali Bu Mazna mendapat telepon dari teman – teman beliau di lapangan yang mengatakan di suatu daerah yang sedang terjadi pembabatan hutan, banyak anggrek yang disia – siakan dan ikut terbakar bersama pohon – pohon yang lain. Sungguh sedih hati Bu Mazna mendengar hal itu karena beliau tidak bisa melakukan apa – apa karena tempatnya yang cukup jauh untuk dicapai dari pulau Jawa. Belum lagi masalah pencurian spesies – spesies endemikIndonesia oleh orang luar negeri, mereka mengambil sampel di daerah – daerah pelosok, di bawa pulang ke negeri mereka, dirawat dengan baik, sampai akhirnya menjadi sebuah individu tanaman yang sangat menarik, tapi akhir – akhirnya mereka akan mengeklaim bahwa anggrek yang sudah dipoles cantik itu berasal dari negara tersebut. Padahal kenyataannya, mungkin itu punya Indonesia. Hanya sebagian kecil orang yang sadar akan hal tersebut, sangat disayangkan. Salah satu kalimat Bu Mazna yang paling saya ingat, “Kalau saya jadi pemerintah, saya tidak akan pernah memberikan hutan – hutan negeri ini pada pihak asing”. Yeah, semangat Bu Mazna untuk melestarikan biodiversitas Indonesia melalui anggrek seakan tidak pernah padam sampai berusia lanjut. Long live, ma’am!Indonesia butuh ribuan orang yang berjiwa nasionalisme tinggi dan berpikir ke depan seperti beliau.

dokumentasi Moon’s Orchid

Setelah selesai bertukar pikiran sampai puas, saya dan teman – teman akhirnya memutuskan untuk pulang. Terimakasih atas pelajarannya, Bu. Semoga saya juga bisa mewujudkan cita – cita mendirikan botanical garden sendiri untuk turut melestarikan biodiversitas Indonesia. Terus berjaya Zamrud Khatulistiwa, Indonesia!

 

Artikel rujukan:http://www.mongabay.co.id/2013/07/20/melestarikan-anggrek-langka-dari-puspa-pesona-sampai-anggrek-tebu/

Artikel yang diterbitkan oleh