Ada hiu di FX Senayan! Berbeda dari biasanya, predator laut yang menyeramkan ini tampil sangat mencolok dan menggemaskan. Berbadan biru besar, begigi tonggos serta mata berkaca-kaca ini sibuk berkeliling ditengah-tengah keramaian orang yang sedang mengunjungi booth-booth dalam ajang kopi darat komunitas terbesar di Indonesia, Social Media Festival (SocMed Fest) pada 12-13 Oktober 2013.
Tak ayal Hiu besar ini menarik perhatian pengunjung. Bukannya takut dan melarikan diri para pengunjung yang berasal dari berbagai kalangan ini malah memeluk, mencium bahkan bergantian menunggu giliran untuk mengabadikan gambar. Hiu yang biasanya mempunyai momok menyeramkan kali ini menjadi sosok sahabat yang menyenangkan
ITONG SI HIU
Ternyata Hiu ini bernama Itong, ia merupakan badut yang menjadi icon dari #SaveShark Indonesia dalam mengkomunikasikan kampanyenya tentang kelestarian dan perlindungan salah satu predator laut ini.
Ditemui selepas Talkshow tentang komunitasnya dalam SocMed Fest. Riyani Djangkaru, mantan Presenter acara Traveling yang sempat booming di tahun 2002 dengan program acara Jejak Petualang, kini menjadi penggagas kampanye #SaveShark di Indonesia. Ia membagi sepenggal cerita tentang usahanya dalam perlindungan hiu.
“Itong ini sebagai Icon untuk lebih mudah menkomunikasikan pesan kita” ujarnya. Citra hiu yang ganas, pembunuh manusia dan haus darah membuat orang tidak yakin bahwa predator laut ini terancam keberadaannya. Oleh karena itu, Riyani menciptakan tokoh Itong untuk membuat citra hiu yang lucu dan baik sehingga keberadaanya hiu menjadi dekat kepada masyarakat. Tak kenal maka tak sayang. Jika sudah dekat keberadaannya maka orang dapat mulai belajar menyayangi dan menjaganya.
MENYELAMATKAN HIU BERATI MENYELAMATKAN BAKWAN UDANG.
Indonesia merupakan eksportir sirip hiu terbesar di Dunia. Salah satu yang menyebabkannya adalah tren baru yang berkembang khususnya kalangan atas dalam mengkonsumsi daging atau olahan sirip hiu.
Karena permintaanya yang marak akhirnya nelayan melakukan perburuan terhadap hiu. Kadang-kadang para nelayan hanya memotong sirip hiu. Lalu hiu yang masih hidup saat dipotong siripnya dikembalian ke laut. Bukanya lantas hidup hiu tanpa sirip ini tak berdaya menunggu ajal, karena itulah banyak ditemui hiu yang mati dalam dasar laut, tanpa sirip.
“Beberapa populasi hiu sudah menurun hingga 99% dalam 50 tahun terakhir” jelas Riyani.
Padahal Hiu adalah predator yang menduduki tempat teratas dalam piramida rantai makanan. Keberadaanya sangat berpengaruh dengan keseimbangan ekosistem laut
“lo percaya ga nyelamatin hiu berati nyelamatin bakwan udang yang lo makan?” tanyanya sedikit tertawa.
Tanpa hiu sebagai predator puncak, ekosistem dapat berubah dan menurunkan tingkat produktifitasnya. Sebab, apa yang terjadi pada hiu itu terjadi di bawahnya. ikan di bawahnya akan kelebihan populasi dan membuat rantai terbawah seperti udang dan cumi menjadi langka dilautan.
Bersama #SaveShark Riyani mencoba merubah tren dari mengkonsumsi menjadi menyelamatkan hiu. Tren itu dibentuk melalui ranah online dan offline ia mempopulerkan hastag #SaveShark yang menjadi amat terkenal di media Sosial twitter.
Kampanye juga dilakukan hingga masuk kebidang lifestyle dengan branding image pesan penyelamatan hiu melalui fashion yang dipakai seperti baju, topi dan gelang.
“Harapannya si cuma satu, orang Indonesia bisa lebih bijak dengan isu kelautan” tegasnya.
-Reza Ramadhan-