, , , ,

#KompetisiFotoEssay Kabut Asap Menyapa, Rakyat Merana

Provinsi Riau sangat mendunia satu bulan terakhir ini, sebagai pengekspor asap terbesar akibat permasalahan kabut asap dan kebakaran hutan/lahan di wilayah Riau mengirim asap ke negara-negara tetangga dan hampir menyelimuti sebagian besar wilayah pulau sumatera ini. Penanggulangannya dinilai sangat lamban oleh BNPB dan Pemda Riau. Akibat Kabut asap ini mengakibatkan 61.647 orang menderita ISPA (Dinkes provinsi Riau).

foto 2  Kampus Universitas Riau diselimuti Kabut Asap

foto 2. Kampus Universitas Riau diliburkan akibat kabut asap (foto : jawanri)

Kota Pekanbaru merana, jarak pandang diperkirakan 100 meter, index pencemaran udara kategori sangat berbahaya, aktivitas penerbangan lumpuh total dan setiap orang disarankan harus memakai masker baik indoor maupun outdoor. parahnya lagi, aktivitas pendidikan dari TK/PG sampai perguruan tinggi diliburkan. sehingga mahasiswa banyak yang protes karena kegiatan kampus banyak tertunda, salah satunya pemilihan raya mahasiswa Universitas Riau diundur satu minggu.

IMG_3981
foto 3 Kabut asap memunculkan fenomena pedagang masker dadakan di pinggir jalanan kota Pekanbaru (foto : jawanri)

Malapetaka kabut asap juga menjadi “hotnews” nasional menjelang masa kampanye pemilu legislatif ini. Selain karena presiden SBY turun langsung ke Riau untuk memimpin satgas pemadaman Karhutla, semua media nasional baik media elektronik maupun media cetak juga berlomba membahasnya, bahkan Indonesia Lawyer Club tak ketinggalan juga. Ternyata karhutla adalah bencana tahunan di provinsi Riau sejak tahun 1997 dan yang terparah adalah tahun ini. Sungguh ironis permasalahan ini tak kunjung berubah sudah hampir puluhan tahun. Para Pemerhati lingkungan dan ekosistem memprediksi bahwa karhutla ini telah melenyapkan plasma nutfah hutan Riau dan mengancam habitat Gajah, dan harimau sumatera yang sangat memprihatinkan dan terancam punah. selain itu, hutan gambut yang menyimpan berbagai spesies hewan juga dipastikan lenyap dan merusak rantai makanan yang dapat menyebabkan permasalahan lingkungan kedepannya.

foto 4. kota Pekanbaru diselimuti kabut asap namun aktivitas warga tetap berjalan seperti biasa
foto 4. sebagian besar warga tetap beraktivitas seperti biasa walau asap sangat membahayakan ( foto : jawanri)

Ketika menyimak diskusi ILC (TVONE/18-03-14), tidak ada satupun yang mengaku atau mengetahui siapa (dalang) yang membakar hutan/lahan tersebut. Padahal dalam diskusi tersebut, hadir perwakilan Asosiasi pengusaha hutan Indonesia, Gabungan pengusaha perkebunan sawit Indonesia, asosiasi petani kebun sawit dan dinas kehutanan Riau. Merekalah yang paling banyak menguasai/mengetahui kondisi wilayah Riau, tapi semuanya hanya merasa jadi korban. Salah satu narasumber mencoba menjelaskan faktor karhutla dan malapetaka kabut asap ini adalah akibat kemarau yang berkepanjangan, yang memicu pembukaan lahan baru dengan cara membakar lahan. selain itu, banyak pula kasus sengketa lahan antara perusahaan baik perusahaan perkebunan maupun hutan dengan masyarakat lokal karena batas-batas yang tak jelas oleh pemerintah. Apabila kasus sengketa diteruskan ke pengadilan pasti masyarakat lokal akan kalah karena mereka tak punya uang. sehingga, masayarakat lokal yang tak terima tanahnya dikuasai orang asing akan membakar hutan/lahan tersebut dan lahan di sekitarnya terbakar dan semakin meluas. Hal terburuk pemerintah setempat kemungkinan besar “main mata” dengan pengusaha sehingga banyak perusahaan yang tanpa ijin . Selain itu, ada pihak (cukong-cukong) yang memanfaatkan kasus sengketa untuk kepentingan pribadi dengan memperdaya masyarakat lokal. Masyarakat kecil yang tidak bisa melarikan diri dan tak tahu-menahu menjadi korban lagi. Pemerintah daerah dan masyarakat harus saling intropeksi diri. Jika tidak, bencana kabut asap akan terulang lagi dan lagi.

Artikel yang diterbitkan oleh
,