Kabut asap yang terjadi akibat pembakaran hutan dan lahan oleh orang yang tidak bertanggung jawab di wilayah Provinsi Riau dan sekitarnya selama sebulan ini, belum juga berkurang malah semakin bertambah pekat. Akibatnya, bukan hanya kegiatan sekolah tingkat menengah kebawah saja yang diliburkan tetapi segala kegiatan perkuliahan di Universitas Riau (UR) juga dinonaktifkan. Mulai Selasa (11/03) hingga Kamis (13/03), Pihak Rektorat Universitas Riau mengeluarkan pengumuman untuk setiap Fakultas Universitas Riau agar meliburkan setiap mahasiswa, dosen dan staf yang ada di Universitas Riau terkait dengan kabut asap yang semakin pekat di lingkungan kampus. Hal ini menandakan kondisi udara di Provinsi Riau, Pekanbaru bukan hanya berbahaya untuk anak-anak tetapi juga orang dewasa. Diharapkan dengan dikeluarkannya surat edaran penonaktifan kegiatan perkuliahan oleh pihak Rektorat Universitas Riau selama selang beberapa hari tersebut dapat memberi ruang oleh pemerintah setempat untuk mengatasi masalah kabut asap. Namun, pada akhirnya libur di perpanjang hingga Sabtu (15/03) di karenakan belum adanya tanda-tanda kabut asap berkurang. Di karenakan libur, beberapa mahasiswa berunjuk rasa di jalan raya menuntut pemerintah mengatasi kabut asap agar ada penyelesaiannya, namun pemerintah setempat juga angkat tangan di karenakan tidak bisa membuat hujan buatan yang membutuhkan garam yang akan dituang dari angkasa dengan pesawat tetapi pada kenyataannya pesawat pun tidak dapat terbang karena jarak pandang yang tipis akibat kabut asap.
Kabut asap memang sudah tidak asing lagi terjadi di Provinsi Riau dan sekitarnya setiap tahun, kalau ditanya mengapa asap selalu melanda daerah ini jawabannya selalu sama dan sering terdengar yaitu pembakaran lahan dan hutan untuk dijadikan usaha oleh mereka yang memiliki wewenang. Bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, kabut asap yang terjadi saat ini bisa dikatakan paling parah karena telah menutupi sebagian wilayah di Provinsi Riau. Hingga masker pun tak mampu lagi mengurangi dampak dari menghirup udara yang mengandung bahan kimia yang berbahaya bagi tubuh, maka tak heran bila banyak masyarakat yang berdatangan ke rumah sakit setempat mengeluhkan kesehatannya yang kebanyakan menderita gangguan pernafasan, asma yang sering kambuh dan lain sebagainya karena lingkungan yang tak sehat ini. Wajar bila kegiatan perkuliahan pun di liburkan oleh pihak rektorat Universitas Riau. Dan ketika berita mengenai kabut asap semakin menjadi-jadi hingga pemerintah setempat pun tak mampu lagi mengatasinya maka pemerintah pusat pun turun tangan membantu penyelesaian kabut asap. Barulah hari Sabtu (15/03), hujan pun turun deras dan menghilangkan sebagian asap yang ada di Riau dan sekitarnya. Tidak cukup sampai disitu, seakan menjawab semua doa yang di panjatkan oleh masyarakat Riau air dari langit terus berdatangan beberapa hari ke depan. Hingga akhirnya, masyarakat setempat pun bisa menikmati udara yang bersih dan segar kembali beberapa hari kedepan sampai hari ini.
Sampai hari ini Rabu (26/03), cuaca di Pekanbaru pun dalam kondisi aman. Namun jika ditelusuri lebih dalam, Haruskah masyarakat yang tidak tahu apa-apa akan selalu menjadi korban dari kabut asap akibat ulah orang yang seenaknya membakar lahan dan hutan demi keuntungan pribadi? Mengapa hal ini selalu terulang seakan tidak ada peringatan atau hukuman yang tegas bagi mereka yang melakukannya? Ataukah harus ada korban yang jatuh akibat kabut asap ini baru pemerintah menganggap hal ini serius untuk diselesaikan? Semua pertanyaan ini hanya sebagian dari beberapa pertanyaan yang dirasakan oleh masyarakat Riau dan sekitar. Kalau bukan pemerintah yang berwenang untuk menjawab semua pertanyaan itu kepada siapa lagi masyarakat akan percaya dan tugas pemerintah jugalah yang berhak untuk mengambil tindakan tegas bagi mereka yang sudah merugikan banyak orang. Mungkin pengaruh dari menghirup kabut asap ini tidak segera berdampak bagi masyarakat untuk saat sekarang ini tapi di tahun-tahun mendatang beberapa ahli kesehatan memprediksi akan adanya penyakit-penyakit berbahaya bagi mereka yang menghirup udara yang mengandung bahan kimia yang membahayakan tubuh. Tentunya tidak ada orang yang menginginkan hal tersebut terjadi pada mereka, namun jika kondisi di Riau akan selalu terulang maka hal itu tak bisa dihindarkan.
Dengan demikian, sudah sepatutnya pemerintah dan masyarakat setempat bekerja sama untuk mengatasi masalah ini agar mencegah bahkan menghentikan tindakan pembakaran hutan dan lahan sehingga hal ini tidak akan terulang kembali. Masker, meliburkan anak sekolah dan mahasiswa serta pengurangan kegiatan di luar ruangan saat kabut asap terjadi hanyalah tindakan pengurangan dari menghirup udara yang tidak sehat namun pada kenyataannya tak bisa dipungkiri setiap makhluk hidup pastilah bernafas dan otomatis udara tersebut akan terhirup oleh setiap insan. Oleh karena itu tidak ada kata terlambat untuk perbaikan ke depan untuk menciptakan suatu lingkungan yang bersih dan sehat bagi setiap masyarakat yang ada di Riau dan sekitarnya dimulai dari diri sendiri yang sadar akan kepentingan orang lain dibandingkan kepentingan pribadi. Sebagai mahasiswa yang merupakan salah satu pemuda penerus bangsa tentunya sadar akan lingkungan Riau yang kaya akan minyak dan juga lahan perkebunan kelapa sawit yang menyebabkan tanah disekitar Riau menjadi gersang dan mudah terbakar api yang kemudian sulit untuk memadamkannya. Agar tidak semakin memperparah lingkungan, salah satunya cara agar tetap menjaga kesuburan tanah adalah dengan tidak merusak pohon yang ada di lingkungan kampus maupun daerah tempat tinggal, karena tanah yang dimana pohon tumbuh biasanya akan menjadi tanah yang subur. Lain hal lagi jika setiap mahasiswa/i di bekali ilmu yang menanamkan moral untuk bertanggung jawab menjaga lingkungannya sendiri, dan mahasiswa tersebut membukakannya juga kepada masyarakat yang ada disekitarnya tentu hal ini akan membantu masyarakat membuka pemikirannya mengenai sulitnya menciptakan lingkungan yang bersih, yang biasanya mengira harus ada seseorang untuk mengatur dan mengawasi namun sebenarnya akan lebih baik jika kesadaran sendiri.
Tentu harapan masyarakat yang berada di Riau dan sekitarnya semoga kabut asap yang parah ini tidak akan terulang kembali. Untuk itu mari bekerja sama, pemerintah dan masyarakat agar melaporkan segera kepada pihak yang berwajib jika melihat langsung orang atau oknum yang membakar lahan dan hutan demi mengusahakan keuntungan sendiri terlebih lagi kesadaran diri sendiri agar tidak ikut-ikutan dalam pengrusakan lingkungan. Sebaiknya hal ini juga telah ditanamkan kepada anak-anak agar nantinya mereka tumbuh menjadi pribadi yang menghargai lingkungannya dan menjaga keseimbangan alam. Sehingga libur yang berkepanjangan di sekolah-sekolah maupun universitas-universitas yang ada di Riau dan sekitarnya pun tidak ada lagi dan masyarakat pun tidak takut untuk beraktivitas dan mengerjakan segala sesuatunya yang di luar ruangan. Dan perlu diingatkan kepada setiap pribadi bahwasanya masalah kabut asap ini bukanlah musibah dari alam tetapi akibat dari pengrusakan yang di akibatkan oleh manusia itu sendiri.