#KompetisiFotoEssay Hutan Gambut dan Kesalahan Pengelolaannya

Hutan gambut merupakan salah satu bentang alam dan ekosistem alami yang ada di muka bumi. Karakteristik hutan gambut memiliki kadar asam yang tinggi (pH <7). Secara alami, hutan gambut tergenang air sehingga memiliki kadar air yang tinggi. Ketinggian permukaan air pada hutan gambut alami, hanya berjarak <10 cm bila diukur dari permukaan tanah/gambut. Hutan gambut berfungsi sebagai wilayah penyangga ketersediaan air. Hal ini karena hutan gambut memiliki kemampuan seperti kapas yang mampu menyerap air. Struktur lapisan gambut yang berongga dan memiliki pori-pori memungkinkan air untuk mengisi ruang kosong pada rongga dan pori-pori tersebut. Terbentuknya rongga tersebut disebabkan oleh terhambatnya proses dekomposisi bahan organik yang berasal dari sisa tubuh tumbuhan yang patah atau jatuh. Kondisi gambut yang anaerob karena selalu tergenangi air, mengakibatkan proses dekomposisi oleh organisme dekomposer dan bakteri pengurai menjadi terhambat.

Vegetasi Hutan Gambut Alami
Vegetasi Hutan Gambut Alami

Vegetasi pada hutan gambut juga khas, salah satu karakteristik vegetasi hutan gambut adalah terdapatnya gradien warna daun yang berbeda pada kelompok tumbuhan yang tumbuh di tepi hutan. Kondisi ini disebabkan oleh adaptasi tumbuhan terhadap sifat fisika dan kimia gambut yang unik dan khas. Disamping itu, gambut juga merupakan ekosistem yang mendukung banyak kehidupan baik flora dan fauna. Salah satu flora khas yang ditemui pada hutan gambut adalah kantong semar.

Nephentes sp.
Nephentes sp.

Tumbuhan ini memiliki banyak spesies dan tersebar hampir diseluruh hutan gambut. Keberadaan tumbuhan ini merupakan indikator kondisi tanah. Tumbuhan ini memiliki organ tubuh khusus yang menyerupai kantong atau gelas yang berfungsi sebagai jebakan bagi serangga kecil yang ada disekitarnya. Jebakan ini dibuat bukan tanpa tujuan, kontong pada organ tumbuhan ini dilengkapi dengan enzim untuk mencerna serangga yang masuk kedalamnya. Tubuh serangga yang banyak terkandung zat kitin dibutuhkan kantong semar sebagai sumber unsur nitrogen yang bermanfaat untuk pertumbuhannya.

Foto 4. Dampak Kanalisasi Lahan Gambut untuk Pertanian
Dampak Kanalisasi Lahan Gambut

 

Provinsi Riau merupakan salah satu provinsi yang memiliki hutan gambut cukup luas di Indonesia. Namun dalam pengelolaannya masih terdapat kesalahan dan tidak mengedepankan aspek ekologis dari hutan gambut tersebut. Konversi hutan gambut menjadi lahan pertanian marak terjadi dan dilakukan tanpa mempertimbangkan dampak bencana yang akan timbul. Kondisi lahan yang tergenang air menyulitkan tumbuhan pertanian seperti sawit dan karet untuk tumbuh subur. Hal tersebut memaksa lahan gambut untuk dikeringkan dengan cara membuat saluran air seperti parit atau dikenal dengan kanalisasi. Aktivitas tersebut mengakibatkan gambut menjadi kehilangan air dan kering sehingga rentan terhadap kebakaran.

Foto 5. Dampak Kebakaran Lahan Gambut yang Merugikan Secara Ekonomi dan Mengancam Kesehatan Masyarakat
Dampak Kebakaran Lahan Gambut

Kebakaran lahan gambut yang terjadi tidak hanya berdampak asap bagi sebagian besar wilayah Riau dan sekitarnya, melainkan juga berdampak kerugian bagi pemilik lahan itu sendiri. Ratusan hektar lahan sawit dan karet masyarakat di wilayah Desa Pelintung, Provinsi Riau terbakar. Masyarakat yang menjadi korban tidak hanya rugi dari segi ekonomi, melainkan juga terancam kesehatannya. Kondisi ini akan terus berlanjut bila tidak ada solusi tuntas yang menyelesaikannya. Oleh karena itu, perlu langkah bijak dan strategis dalam memanfaatkan hutan gambut agar lebih memberikan manfaat dari pada mudharat.

Salam, Penulis.

 

Artikel yang diterbitkan oleh