Saya adalah generasi muda. Generasi muda penerus bangsa. Sebagai generasi muda penerus bangsa, saya turut prihatin melihat kondisi sawah di tanah kelahiran saya. Luas lahan sawah yang begitu luas, namun tidak diimbangi dengan hasil panen yang maksimal. Negaraku Indonesia saat ini sedang marak mengimpor bahan-bahan pangan dari luar negeri, termasuk makanan pokok Indonesia, yaitu beras. Iba rasanya, lahir dan dibesarkan dinegara agraris namun kebutuhan makan saja harus “meminta-minta” dengan negara lain yang belum tentu termasuk kedalam negara agraris seperti Indonesia.
Indonesia yang dulu terkenal sebagai negara bercocok tanam, kini tak lagi seperti dulu. Kini negaraku mulai berpindah haluan menjadi negara industri untuk mempersiapkan diri mewujudkan visi Menjadi Negara Industri Tangguh Tahun 2025. Ini boleh saja terjadi, namun industri di Indonesia harus berbasis pada pengolahan hasil-hasil pertanian, sebab pada dasarnya Indonesia merupakan negara agraris dimana sektor pertanian merupakanLeading Sector dari semua sektor perekonomian yang ada.
Indonesia harus tetap mempertahankan ciri khas pertaniannya. Sebab, sektor pertanian merupakan sektor perekonomian yang menyerap tenaga kerja paling banyak. Ini relevan dengan jumlah penduduk dan angkatan kerja di Indonesia yang cukup besar, sehingga lapangan usaha di bidang pertanian dapat menampung mereka dan meminimalisir pengangguran. Jika pembangunan sektor pertanian memang benar dijalankan secara baik dan sungguh-sungguh, maka disparitas pedesaan-perkotaan dapat diminimalisir dan menekan arus urbanisasi.
Dalam gambar ini, tampak hamparan padi menyejukkan mata. Lahan sawah ini termasuk kedalam sawah tadah hujan. Meskipun telah dibuat saluran air, namun air tersebut tidak mengalir karena kering. Jika musim hujan tiba, maka sawah tergenang banjir. Produksi padi pun menjadi tidak maksimal. Produksi maksimal hanya mencapai 11 karung pada musim hujan. Lalu, apakah dengan 11 karung tersebut dapat dijual di pasar? Tentu tidak. Permintaan pasar terhadap bahan pangan khususnya beras semakin meningkat dari waktu ke waktu. Hasil belasan karung itu hanya cukup untuk konsumsi pribadi petani dan keluarganya.
Melihat sawah yang begitu luas namun tidak diimbangi dengan hasil panen yang maksimal, sungguh membuat batin ini menjerit. Ini tidak bisa dibiarkan. Indonesia harus kembali menjadi negara swasembada pangan. Jika kita terus-menerus “meminta makan” dengan negara lain, maka harga diri bangsa akan lenyap bersama waktu.
Stop kerusakan hutan ! Stop pembebasan lahan ! Stop alih fungsi lahan yang semula untuk kegiatan sektor pertanian dan perkebunan diubah untuk kegiatan yang menguras dan merusak sumberdaya alam !
Mari kita memulai penelitian. Mari kita berpikir. Mari kita berkontribusi mewujudkan visi Menjadikan Indonesia Sebagai Negara Industri Tangguh 2025 dengan mengolah hasil-hasil pertanian.