Bersepeda untuk Kritik Pemerintah

 

Yogyakarta – Komunitas Sepeda Tinggi Yogyakarta peringati Hari Bumi (22/4) dengan bersepeda bersama keliling Kota Yogyakarta. Acara bertajuk “Yogyakarta Kembali Bersepeda” tersebut diikuti sekitar 100 partisipan dimulai dari Alun-alun Utara, sekitar pukul; 16.30 WIB. Aksi dengan mengusung “Tanam Pohon Daripada Tanam Beton” bertujuan untuk mengkritik pemerintah Yogyakarta terhadap maraknya Pembangunan hotel, apartemen dan mall yang sangat memprihatinkan.

“Yogyakarta terasa lebih sumpek dengan bangunan-bangunan tersebut, ditambah lagi dengan kendaraan bermotor yang jumlahnya terus meningkat, kata Junifer selaku Koordinator aksi.

Lanjutnya, peserta mulai mengayuh sepeda dari Alun-alun Utara menuju 0 Km – Ngampilan – Pojok Beteng Kulon – Pojok Beteng Wetan – Taman Siswa – Gayam – Jembatan Lempuyangan – Kridosono – Abu Bakar Ali- Malioboro – Alun-alun Utara untuk mengajak masyarakat agar kembali bersepeda. Menurutnya, kita sepedaan keliling memperlihatkan kepada masyarakat bahwa sepeda itu ramah lingkungan, tidak menimbulkan polusi, dan dahulu Yogyakarta adalah kota sepeda.

“Tapi sayang, sekarang pesepeda susah ketika di jalan raya, karena jalan khusus sepeda dipadati kendaraan bermotor,” tambah Junifer.

Junifer menambahkan, memang tidak bisa dipungkiri, setiap hari jalanan di Yogyakarta selalu macet, tidak jauh beda dengan jalanan di Jakarta. Oleh karena itu, ia berharap Kota Yogyakarta bisa lebih baik lagi kedepannya, lahan hijau lebih diutamakan daripada pembangunan gedung dan Yogyakarta kembali menjadi kota sepeda.

“Pemerintah lebih memperhatikan masyarakat yang membutuhkan lahan hijau, karena itu sangat penting, bukan malah menambah pembangunan-pembangunan gedung,” tambah Junifer.

Acara bersepeda bersama untuk memperingati hari bumi dilakukan rutin setiap tahunnya, dan hari bumi 2016 kali ini adalah yang kesepuluh, dengan maksud yang sama, yaitu untuk mengkritik pemerintah Yogyakarta. Berbagai macam bentuk sepeda ikut meramaikan acara sepedaan bersama. Dari sepeda standar hingga sepeda unik yang tinggi. Karena acara ini melibatkan Komunitas Sepeda Tinggi, Komunitas Jogja Garuk Sampah, mahasiswa, aktivis lingkungan, serta masyarakat yang peduli akan Kota Yogyakarta.

Artikel yang diterbitkan oleh